Apa Itu Antibodi Monoklonal? Bisa Menjadi Pengganti Vaksinasi Covid-19? Ini Tingkat Efektivitasnya

14 April 2022, 20:30 WIB
Ilustrasi - Simak apa itu antibodi monoklonal, sebuah metode perawatan dari infeksi Covid-19. Sejauh apa efektivitas metode antibodi monoklonal. /Pixabay/geralt

BERITA DIY - Simak apa itu antibodi monoklonal, sebuah metode perawatan dari infeksi Covid-19. Apakah bisa menjadi pengganti vaksinasi Covid-19 dan sejauh apa efektivitas metode antibodi monoklonal.

Untuk memulihkan kesehatan dari infeksi virus SARS-CoV-2 atau Covid-19, banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya ialah dengan terapi antibodi monoklonal.

Mengutip website resmi Siloam Hospitals pada 14 April 2022, terapi antibodi monoklonal telah mendapatkan izin dari Food and Drugs Administration (FDA) per Februari 2021.

Baca Juga: Syarat Mudik Lebaran 2022: Vaksin Covid-19, Tes Antigen, dan Bakal Ada Penyekatan di Jalur Mudik?

Masih dari website yang sama, terapi antibodi monoklonal menggunakan dua jenis obat, yakni etesevimab dan bamlanivimab.

Bicara hasil, ternyata terapi antibodi monoklonal punya hasil yang cukup positif dalam hal keamanan, efektivitas, dan efikasi untuk menanggulangi infeksi Covid-19.

Bahkan, Siloam Hospitals dengan berani menyatakan bahwa terapi antibodi monoklonal memiliki efektivitas yang menjanjikan dibanding metode lainnya dalam hal penanganan Covid-19.

Baca Juga: Hukum Suntik Vaksin Covid-19 Saat Puasa Ramadhan, Membatalkan Puasa?

Lalu, apa sebenarnya antibodi monoklonal itu?

Mengutip website kesehatan Healthline pada 14 April 2022, antibodi monoklonal merupakan protein artifisial yang dibuat di laboratorium (lab-grown protein).

Namun, Healthline menyebut bahwa terapi antibodi monoklonal tidak menggantikan vaksinasi Covid-19 karena memiliki cara kerja berbeda.

Adapun cara kerja dari antibodi monoklonal sendiri ialah dengan meniru kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi virus atau patogen berbahaya seperti Covid-19 yang masuk ke dalam tubuh.

Baca Juga: Apa KIPI COVID-19? Ini penjelasan serta Kenali Penyebab dan Gejala Setelah Kemungkinan Suntik Vaksin

Penggunaan obat dalam terapi antibodi monoklonal dilakukan karena obat-obatan yang dipilih memiliki kemampuan untuk mengikat patogen agar tidak menginfeksi tubuh.

Hal ini tentu berbeda dengan vaksinasi Covid-19 yang bekerja dengan cara merangsang tubuh agar menciptakan antibodi alami untuk melawan infeksi Covid-19.

Tentu terapi antibodi monoklonal ini bisa menjadi opsi untuk menangani infeksi Covid-19 pada orang-orang dengan kondisi khusus yang menyebabkan ia tak bisa menerima vaksin.

Baca Juga: Kim Sejeong Positif COVID-19 Hari Ini, Bagaimana Nasib Drakor A Business Proposal? Simak Penjelasannya

Healthline dengan lebih rinci menyebut beberapa orang dengan kondisi tertentu yang bisa menerima metode terapi antibodi monoklonal ini.

Adapun orang-orang yang bisa menerima terapi antibodi monoklonal meliputi:

1. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah,

2. Lanjut usia atau lansia,

3. Ibu hamil, dan

4. Orang dengan kondisi obesitas, diabetes, atau penyakit kronis lainnya.

Baca Juga: Cara Cek Ketersediaan Kamar di Rumah Sakit untuk Pasien Covid 19 dan Non Covid 19

Di Indonesia sendiri, terapi antibodi monoklonal dilakukan dengan menggunakan obat berjenis regdanvimab.

Beberapa himpunan dokter di Indonesia juga telah merekomendasikan terapi antibodi monoklonal ini untuk dilakukan karena pertimbangan efektivitasnya.

Adapun himpunan-himpunan profesi dokter yang merekomendasikan terapi antibodi monoklonal ini antara lain:

- Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)

- Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI)

- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

Baca Juga: Apa Itu KIPI Pasca Vaksin COVID-19? Ini Hal yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Gejala Setelah Vaksinasi

- Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN)

Sebagaimana jenis pengobatan lainnya, terapi antibodi monoklonal juga bukan tanpa efek samping.

Pasien terapi antibodi monoklonal disebut akan mengalami beberapa efek samping seperti hipersensitivitas, reaksi alergi terkait infus, dan anafilaksis.

Jangan khawatir, efek samping yang timbul itu hanya bisa terjadi ketika pasien antibodi monoklonal menerima obat bamlanivimab tanpa etesevimab.

Demikian informasi mengenai apa itu antibodi monoklonal? Benarkah bisa menangani infeksi Covid-19 dengan efektif?***

Editor: Aziz Abdillah

Tags

Terkini

Terpopuler