Network
BERITA DIY - Ada kejadian unik di Debat Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat antara Joe Biden dan Donald Trump yang baru saja digelar. Salah satunya adalah Joe Biden yang menyebut Trump sebagai badut karena kesal pembicaannya sering disanggah.
Debat pertama Capres AS ini baru saja digelar Selasa 29 September 2020 malam waktu Amerika atau Rabu 30 September 2020 pagi Waktu Indonesia Bagian Barat di Case Western Reserve University, Cleveland.
Debat yang juga disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi internasional dan live streaming di YouTube ini digelar secara terbuka dengan menerapkan protokol kesehatan.
Baca Juga: Cara Dapat Bantuan BLT Rp 500 Ribu Per KK Non PKH yang Cair ke 9 Juta Keluarga, Cek di Sini
Baca Juga: Mau Dapat Bantuan BLT Banpres UMKM Rp 2,4 Juta? Ini Syarat dan Cara Daftarnya Pakai KTP
Pada saat debat digelar, Chris Wallace yang ditunjuk sebagai moderator menanyakan rencana Trump menggantikan UU Perawatan.
Trump juga diminta moderator untuk membahas masalah covid-19 di kesempatan selanjutnya.
"Pertama-tama, saya kira saya memperdebatkan Anda, bukan dia, tapi tidak apa-apa. Saya tidak terkejut." Trump mulai berbicara.
Biden hanya tertawa membalas beberapa serangan Trump. Dia bahkan berani mengatakan Trump beberapa kali berbohong.
Baca Juga: Bantuan BLT Subsidi Gaji BPJS Tahap 4 Sudah Cair ke 1,2 Juta Karyawan, Cek Namamu di Sini
Baca Juga: 10 Juta Karyawan Sudah Dapat BLT Subsidi Gaji BPJS, Kamu Belum? Lapor ke Sini agar Cair
"Saya di sini bukan untuk mengungkapkan kebohongannya. Semua orang tahu dia pembohong," ujar Joe Biden.
"Teman-teman, apakah kamu tahu apa yang badut ini lakukan?" cetus Biden.
Pertanyaan Joe Biden ini lantas membuat penonton yang hadir di Case Western Reserve University tertawa.
Baca Juga: Cara Dapat Bantuan BLT Rp 500 Ribu Per KK Non PKH yang Cair ke 9 Juta Keluarga, Cek di Sini
Biden tampak begitu kesal di debat pertama ini karena saat ia berbicara menyampaikan pendapatnya sering kali disela Trump.
Ia menganggap tindakan Trump ini tidak etis dan seharusnya memberi kesempatan untuknya berbicara secara adil menyampaikan gagasannya ketika menjadi Presiden nanti.***
