Siapa itu Hamas dan Apa Hubungannya dengan Israel dan Jalur Gaza di Palestina? Berikut Penjelasannya

14 Mei 2021, 21:37 WIB
Militan Hamas Palestina berbaris selama parade militer menandai ulang tahun ke-29 berdirinya gerakan Hamas, di utara Jalur Gaza pada 8 Desember 2016 /Reuters/Suhaib Salem/

BERITA DIY - Hamas merupakan salah satu organisasi yang belakangan ini sering disebut-sebut puik pasca meletusnya kekerasan oleh Zionis Israel terhadap warga Palestina di Masji Al Aqsa.

Hamas diberitakan sebagai salah satu kelompok yang paling berani meluncurkan roket-roket mereka ke Israel.

Meskipun demikian, Hamas juga diklaim sebagai salah satu organisasi teroris oleh sebagian negara di dunia.

Mereka disebut-sebut sebagai kelompok islam yang militan dan sangat anti terhadap Israel. Mereka juga sering dikecam dunia internasional karena dianggap melanggar HAM.

Baca Juga: Teknologi Super Canggih Israel ini Cegat Ratusan Roket Militan Palestina Hamas

Mereka juga sering muncul pasca terjadinya kekerasan yang sering dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga Palestina yang kini tengah memperjuangkan kemerdekaan negaranya.

Lastas, siapakah Hamas itu? Mengapa mereka sering menyerang Israel? Apa hubungannya dengan Jalur Gaza dan Palestina?

Al Jazeera menyebut, hingga Kamis, 13 Mei, jumlah korban tewas di Jalur Gaza kini meningkat menjadi 83 orang. Sementara di pihak Israel, terdapat 6 tentara yang tewas.

Baca Juga: 20 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Roket Israel di Jalur Gaza

Dikutip Berita DIY dari Pikiran Rakyat pada artikel sebelumnya yang berjudul: Siapa Hamas dan Mengapa Terus Melawan Israel, Hamas merupakan kelompok yang mengontrol Gaza dan menjadi gerakan politik Islam militan yang tidak mengakui Israel.

Namun, Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, dan Kanada.

Kelompok militan ini memiliki sayap militer yang disebut Brigade Izz ad-Din al-Qassam, yang juga diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Inggris, Australia, Selandia Baru dan Paraguay.

Diwartakan Sky News, sejak tahun 2006, Hamas telah menguasai Gaza, lokasi terletak di antara Israel dan Laut Mediterania.

Baca Juga: Israel Nekat Garap Pemukiman Yahudi Baru di Wilayah Palestina, Ini Sikap PBB

Zona penyangga Israel besar di Gaza, yang hanya seluas 365 km persegi (141 sqmi), berarti sebagian besar tanah tidak dapat ditinggali.


Kekurangan air, obat-obatan dan listrik adalah hal biasa, di mana Gaza mengandalkan Israel untuk pasokannya.

Mengutip Wall Street Journal, Israel dan Hamas telah berperang tiga kali sejak kelompok militan itu menguasai Jalur Gaza pada 2007.

Pemimpin Hamas, Ismail Haniya mengatakan kelompoknya siap jika Israel meningkatkan serangannya di Jalur Gaza yang terkepung.

“Jika mereka (Israel) ingin meningkatkan, perlawanan sudah siap; dan jika mereka ingin berhenti, perlawanan sudah siap, ”kata Haniya pada Selasa, 11 Mei 2021.

Baca Juga: Keren! Ini Pesan Jokowi di Sidang Umum PBB tentang Vaksin Covid-19 dan Kemerdekaan Palestina

Permusuhan dengan Israel semakin Panas setelah Hamas mengeluarkan ultimatum dan menuntut agar Israel dari kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem karena tindakan keras terhadap warga Palestina.

"Kami memiliki hak untuk menanggapi serangan Israel dan melindungi kepentingan rakyat kami selama pendudukan Israel terus meningkat," kata Haniya.

Tentara Israel mengatakan sekitar 1.500 roket telah ditembakkan dari Gaza ke berbagai lokasi di Israel.

Beberapa negara muslim termasuk Turki mengecam tindakan Israel terhadap warga Palestina.

Baca Juga: PKS: Penyerangan Israel di Al Aqsa Merupakan Upaya Mengusir Warga Palestina dari Yerusalem Timur

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan bahkan menelepon Presiden Rusia, Vladimir Putin dan meminta komunitas internasional harus 'memberi Israel pelajaran yang kuat dan mencegah' atas perilaku negara Yahudi itu terhadap Palestina.

Erdogan juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera campur tangan dengan memberi 'pesan yang tegas dan jelas' kepada Israel.***(Pikiran Rakyat/Julkifli Sinuhaji)

Editor: Iman Fakhrudin

Sumber: Pikiran Rakyat Sky News Al Jazeera Wall Street Journal

Tags

Terkini

Terpopuler