BERITA DIY - Simak profil Ibu Siti Latifah Herawati Diah yang muncul di Google Doodle hari ini, Minggu, 3 April, dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke -105.
Ada yang unik pada tampilan Google Doodle hari ini. Tampak sosok seorang wanita yang dikenal dengan Ibu Siti Latifah Herawati Diah. Google mempersembahkan hari ulang tahun beliau yang sudah mencapai lebih dari 1 abad.
Lalu siapakah figur Ibu Siti Latifah Herawati Diah yang menghiasi beranda Google hari ini? Berikut profil meliputi karier, karya, dan informasi menarik lainnya tentang beliau.
Siti Latifah Herawati Diah atau sering disebut dengan Herawati Diah adalah seorang wartawan wanita Indonesia yang lahir di Tanjung Pandan, Belitung, pada tanggal 3 April 1917 dan meninggal dunia 30 September 2016 lalu.
Selain itu, ia adalah istri dari tokoh pers dan juga merupakan mantan Menteri Penerangan pada era Soekarno, yakni Burhanuddin Mohammad Diah.
Siti Latifah bukan dari keluarga sembarangan. Pada masa penjajahan Belanda, ayahnya, Raden Latip, merupakan seorang dokter dan ibunya bernama Siti Alimah.
Saat itu, kaum pribumi sulit untuk mendapatkan pendidikan, namun Herawati Diah beruntung mengenyam pendidikan tinggi di Europeesche Lagere Schools (ELS) di Jakarta hingga melanjutkan ke American High School di Jepang.
Tak sampai di situ, sang ibu mendukung jenjang pendidikan putrinya hingga sampai ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Herawati Diah mengambil jurusan sosiologi di Bernard College yang bekerjasama dengan Universitas Columbia, New York.
Setelah merantau ke AS, anak ke tiga ini pulang ke Indonesia pada tahun 1942 dan bekerja sebagai wartawan lepas di kantor berita United Press International.
Tak puas di dunia jurnalistik, Herawati Diah melebarkan sayapnya untuk menjadi penyiar di radio Hosokyoku. Pada akhirnya ia menikah dengan Burhanuddin Mohammad Diah yang juga pendiri Harian Merdeka pada tahun 1 Oktober 1945.
Usai menikah, pasangan suami istri tersebut mendirikan The Indonesian Observer yang merupakan surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indoensia.
Pertama kali koran diterbitkan di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1955 lalu bertahan hingga tahun 2001. Sementara itu, koran Merdeka harus berganti tangan pada akhir tahun 1999.
Saat usianya sudah tak muda lagi, Herawati Diah menghabiskan waktu senggangnya bermain bridge. Bahkan ia sempat mengikuti beberapa turnamen.
Tujuan dirinya untuk tetap aktif berolahraga bridge adalah untuk mengasah kemampuan otak dan mencegah kepikunan.
Menjelang usianya yang akan mencapai 1 abad, Herawati Diah menghembuskan napas terakhir pada tanggal 30 September 2016 di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.
Herawati Diah meninggal dunia dikarenakan sudah sepuh dan mengalami pengentalan darah. Jenazah dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata di samping makam sang suami.
Adapun dua karya Herawati Diah yang dikenang, di antaranya 'Kembara Tiada Berakhir' (1993) dan 'An Endless Journey' (2005).
Demikian profil Ibu Herawati Diah yang muncul di Google Doodle hari ini, Minggu, 3 April 2022.***