Si CEO menginginkan si A untuk melayaninya. Di lain pihak, si A sudah gemetaran dan menangis. Ia menolak paksaan dari si CEO tersebut.
Untuk menenangkan, si CEO bilang jika si A telah diterima. Dan besok bisa bekerja bersama dia bisa di apartemen yang diketahui belakangan disewa oleh si CEO tersebut.
Melihat si A menangis, si CEO mempersilahkan perempuan tersebut pulang. Beruntung, salah seorang teman si A bisa menjemputnya.
Baca Juga: Apa Itu Masturbasi? Apa Manfaat Kesehatan dan Hukum Aktivitas Seksual Tersebut Menurut Islam
"Dan after that dia (si CEO) gaada ngerasa bersalah. Dia hidup normal dan gw hidup dengan keadaan kayak begini (traumatis)," ungkap si A, perempuan korban kekerasan seksual.
Si A mengungkapkan tak bisa melapor karena tak ada jejak fisik atau sperma dalam dirinya. Ia hanya punya bukti chat yang dianggapnya lemah.
Si A berbagi pengalaman pelecehan seksual agar para perempuan pencari kerja lainnya bisa berhati-hati dengan modus rekrutmen atau lowongan kerja (loker) yang berujung pelecehan seksual.***