Network
BERITA DIY - Penyair, sastrawan, dan seniman Umbu Landu Paranggi atau yang dikenal sebagai Presiden Malioboro tutup usia pada hari ini, 6 April 2021 dengan usia 77 tahun.
Berpulangnya Presiden Malioboro ini disampaikan oleh jurnalis sekaligus anggota Human Right Watch, Andreas Harsono yang ikut berduka cita atas meninggalnya tokoh budaya yang melegenda di Indonesia.
"RIP Penyair Umbu Landu Paranggi (lahir Waikabubak, Pulau Sumba 1943), mengasuh komunitas sastra di Yogyakarta 1960an jadi Presiden Malioboro," tulis Andreas Harsono dalam akun twitternya @andreasharsono.
Dalam unggahan lain dalam instagram @patubpatub, Agus Riyanto sang gitaris Letto yang pernah berguru dengan Umbu ikut serta menunjukkan duka cintanya.
"Manthuk-manthuk iya-iya, adalah template kami ketika mendengarkan guru-nya mbah Nun ini berbicara panjang lebar," tulis Agus Riyanto Selasa, 6 April 2021.
Lebih lanjut, ia juga menuliskan agar Presiden Malioboro itu tenang di alam yang lain dan akan jauh lebih dipahami.
View this post on Instagram
Umbu Landu Paranggi lahir di Sumba Timur, 10 Agustus 1943 dan meninggal hari ini Selasa, 6 April 2021 di Rumah Sakit Bali Mnadara, Denpasar, Bali di usianya yang ke 77 tahun.
Umbu adalah seniman berkebangsaan Indonesia yang sering disebut sebagai tokoh misterius dalam dunia sastra Indonesia sejak 1960-an yang dikenal melalui karya-karyanya berupa esai dan judul-judul puisi.
Baca Juga: Bansos BST Kemensos untuk Rakyat Miskin akan Dicabut, Pemerintah Malah Berikan Subsidi Orang Kaya
Umbu merupakan penyair sekaligus guru bagi para penyair muda pada zamannya, antara lain Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, Linus Suryadi AG, dan lain-lainnya selama mengasuh komunitas sastra di Yogyakarta.
Umbu pada tahun 1970-an membentuk Persada Studi Klub (PSK) yang tidak lain adalah sebuah komunitas penyair, sastrawan, dan seniman yang berpusat di Malioboro, Yogyakarta.
Awal mula itulah, Umbu mendapatkan julukannya sebagai Presiden Malioboro yang dikemudian hari PSK dikenal sebagai salah satu komunitas sastra yang sangat mempengaruhi perjalanan sastrawan-sastrawan besar di Indonesia.***
