Kecintaanya pada dunia sastra telah ia tunjukkan sejak bangku SD dengan menulis puisi. Dia juga sempat bergabung dengan kelompok Teater Jagat. Wiji Tuhukul pernah mengamen dan bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Wiji Thukul dikabarkan menjadi salah satu buronan yang dicari bersama dengan aktivis, pengusaha, mahasiswa dan pelajar lainnya yang kontra terhadap Orde Baru. Sejak tahun 1996 ia diduga berpindah-pindah kota untuk menghindari kejaran aparat.
Sejak Peristiwa Sabtu Kelabu Juli 1996 hingga Kerusuhan Mei 1998, sejumlah aktivis ditangkap, diculik, bahkan hilang, tak terkecuali Wiji Thukul. Dia lalu masuk ke dalam daftar orang hilang sejak tahun 2000 hingga sekarang.
Meskipun dinyatakan hilang, karya-karya Wiji Thukul tetap dibacakan, di antaranya sajak Bunga dan Tembok, Peringatan, Sajak Suara yang paling sering dikumandangkan saat aksi-aksi massa.
Demikian profil lima tokoh Hak Asasi Manusia di Indonesia dalam rangka Hari HAM Internasional yang jatuh pada tanggal 10 Desember 2021.***