Bebas dari Penjara Usia 83 Tahun, Pria Ini Menjadi Tahanan Remaja Terlama

16 Februari 2021, 20:00 WIB
ilustrasi pria dalam penjara. Bebas dari Penjara Usia 83 Tahun, Pria Ini Menjadi Tahanan Remaja Terlama. /RODNAE Productions/pexels.com/@rodnae-prod

BERITA DIY - Joseph Ligon, 83 tahun bebas dari hukuman penjara. Ini membuatnya menjadi narapidana remaja terlama.

Joseph Ligon masuk dalam kurungan ketika usianya 15 tahun, akibat vonis bersalah kasus pembunuhan.

Sebelumnya, hakim memvonis ia seumur hidup hukuman penjara, namun Mahkamah Agung memutuskan hukuman 68 tahun di balik jeruji besi.

Baca Juga: Bocoran dan Jam Tayang IKATAN CINTA 16 Februari 2021: Al Buat Elsa Tertekan, Nino Mulai Cek Hp Istrinya?

Ligon tak pernah mengajukan pembebasan bersyarat, karena dia merasa tak pernah melakukan pembunuhan itu.

Pada tahun 1953 vonis penjara seumur hidup ia terima, dalam serangkaian perampokan dan penyerangan dengan sekelompok remaja mabuk di Philadelphia.

Dua orang tewas akibat kejahatan itu, meskipun Ligon mengatakan kepada Philadelphia Inquirer bahwa dia tidak membunuh siapa pun.

Pada tahun 2012, Mahkamah Agung memutuskan bahwa hukuman seumur hidup wajib yang dijatuhkan pada remaja merupakan hukuman yang kejam dan tidak biasa, dan dengan demikian tidak konstitusional.

Setelah keputusan itu, Pennsylvania termasuk di antara beberapa negara bagian AS yang menolak untuk mengurangi hukuman seumur hidup.

Pada bulan November 2020 lalu, dilaporkan Daily Mail, Kantor Pengacara Distrik Philadelphia menerima mosi Bridge dan memerintahkan Ligon untuk dibebaskan dalam waktu 90 hari.

Ligon dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan Negara Phoenix di Montgomery County pada hari Kamis, pekan lalu.

"Itu bukan hari yang menyedihkan bagiku," kata Ligon.

Ligon lahir di Alabama dari keluarga miskin. Setelah pindah ke Philadelphia, dia terdaftar di sekolah dasar tetapi dia putus sekolah pada kelas empat dan buta huruf.

Ketika dia berusia 15 tahun, dia dianggap sebagai orang asing di antara teman-temannya. Ligon yakin dia telah menjadi kambing hitam dan dibuat untuk mengambil risiko atas kejahatan tersebut.

Di penjara, Ligon menyembunyikan diri. Sebagian besar waktunya, dihabiskan sebagai petugas kebersihan. Ia juga belajar membaca dan menulis.

Di waktu senggang, Ligon juga berlatih sebagai petinju dan menjaga kondisi fisik yang baik dengan menjalani latihan yang melelahkan.

Pada 1970-an, ratusan narapidana di Pennsylvania dibebaskan sebagai bagian dari rencana grasi, tetapi Ligon tidak pernah mengajukan permohonan agar hukumannya diubah.

"Saya hanya tipe orang yang keras kepala. Saya terlahir seperti itu,” kata Ligon.

Bridge mengatakan kasus kliennya merupakan gambaran dari ekses sistem peradilan pidana.

"Kita menyia-nyiakan hidup orang dengan penahanan yang berlebihan, dan menjadi pemborosan negara," ujarnya.***

Editor: Muhammad Suria

Sumber: dailymail

Tags

Terkini

Terpopuler