BERITA DIY - Tradisi malam satu suro di Yogyakarta kerap dirayakan dengan ritual tawaf Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan jamasan. Apa makna dari peringatan jelang Tahun Baru Islam, 1 Muharram tersebut?
Ritual memutari benteng saat malam satu suro diniatkan oleh para abdi dalem dan masyarakat Yogyakarta sebagai tradisi nenek moyang, sudah tua sebelum Islam datang ke nusantara.
Hamipir di semua agama, termasuk Islam, ada dua dua metode berjalan melingkar yang dianggap tradisi dan punya makna, yakni: melawan arah jarum jam dan searah jarum jam.
Dalam ajaran Hindu dan Budha, berjalan melingkar melawan arah jarum jam disebut prasawiya, sementara mengikuti arah jarum jam disebut pradaksina.
Prasawiya, dalam Hindu Budha dimaknai sebagai membangun hubungan vertikal dengan Tuhan, sementara pradaksina ditujukan untuk membentuk moralitas.
Tradisi Islam pun sangat kental dengan berjalan melingkar seperti tawaf yang dilakukan ketika naik haji.
Pada malam satu suro, biasanya para abdi dalem keraton dan masyarakat Yogyakarta melakukan tawaf atau berjalan melingkar dengan melawan arah jarum jam atau prasawiya.
Sebab, perayaan suro ini memang ditujukan untuk membangun hubungan ilahiah antara manusia dengan Tuhan.
Namun, stigma-stigma mistik yang kerap dilekatkan pada malam satu suro kerap dilakukan sebagai upaya peyoratif atau penyempitan makna terhadap budaya, terlebih Jawa.
Selain tawaf dengan memutari keraton, pada malam satu suro, biasa dilakukan pencucian benda-benda pusaka seperti keris atau tombak yang disebut dengan jamasan pusaka.
Mengesampingkan urusan mitos dan klenik, jamasan dilakukan untuk mengapresiasi terhadap budaya fisik yang masyarakat Jawa miliki, untuk ini masyarakat Yogyakarta punyai.
Membersihkan senjata masa perang dari era kerajaan hingga kemerdekaan menjadi sebuah hal yang biasa dilakukan oleh para kolektor seni.
Baca Juga: 1 Suro Jatuh pada Tanggal Berapa? Ketahui Tradisi Jawa Bulan Masuk Bulan Muharram 2021
Baca Juga: Kapan Malam 1 Suro? Serta Tanggal Hari Pasaran Kalender Jawa Agustus 2021 Terburuk untuk Dihindari
Adapun makna dari tradisi jamasan adalah agar budaya fisik nusantara bisa terus dirawat dan diapresiasi hingga anak-cucu.
Itulah makna dari ritual tawaf dan jamasan pada malam satu suro yang kerap dilaksanakan oleh masyarakat Yogyakarta dan abdi dalem keraton.
Untuk saat ini, pada pengumuman di media sosial Twitter @kratonjogja, 9 Agustus 2021, dikarenakan pandemi Covid-19 ritual tawaf dan jamasan pusaka ditiadakan oleh pihak keraton Jogja.***