Dari hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang sebaiknya tidak terlalu sering atau terlalu detail menceritakan mimpi buruk yang dialaminya, terutama jika hal tersebut dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada orang yang mendengarkannya.
Sebaliknya, sebaiknya seseorang berlindung kepada Allah SWT dari setan yang dilaknat dan meninggalkan perbincangan tentang mimpi buruk tersebut.
Baca Juga: Bacaan Doa Setelah Mimpi Buruk dan Alami Gangguan Tidur: Lengkap Tulisan Arab, Latin, dan Artinya
Namun, jika seseorang merasa perlu untuk menceritakan mimpi buruknya, sebaiknya ia memilih untuk menceritakan hanya kepada orang yang dapat dipercaya dan memiliki keahlian dalam menangani masalah psikologis atau spiritual.
Dalam hal ini, menceritakan mimpi buruk dapat membantu seseorang untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya sendiri dan dapat membantu untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
Mengutip dari laman Jatim NU, dalam merespons mimpi yang buruk, setidaknya terdapat berbagai hal yang sunnah dilakukan bagi seorang Muslim. Anjuran ketika seseorang mengalami mimpi yang buruk terangkum dalam kumpulan hadits berikut:
الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ مِنَ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلاَ يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ، وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ، وَلْيَتْفِلْ ثَلاَثًا، وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا، فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
“Mimpi baik itu dari Allah. Jika kalian mimpi sesuatu yang kalian sukai, maka jangan kalian ceritakan kecuali pada orang yang juga ikut menyukai mimpi tersebut."
"Jika kalian mimpi sesuatu yang tak kalian suka, maka memohonlah perlindungan pada Allah atas keburukan mimpi tersebut dan dari keburukan setan, meludahlah tiga kali dan jangan kalian ceritakan pada siapa pun, maka mimpi buruk itu tidak akan membahayakan pada kalian” (HR Al-Bukhari).