Penentuan awal bulan Syawal dalam sidang isbat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu hisab dan rukyat.
Hisab merupakan perhitungan astronomis mengenai posisi bulan, yang dilakukan untuk memprediksi kemunculan hilal. Sementara itu, rukyat adalah pengamatan langsung terhadap hilal menggunakan mata telanjang atau alat bantu seperti teleskop.
Dalam sidang isbat, Kemenag akan mempertimbangkan hasil hisab dan rukyat yang dilakukan oleh petugas rukyat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Apabila hilal terlihat pada tanggal 29 Ramadhan, maka 1 Syawal akan ditetapkan sebagai hari raya Idul Fitri. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka penetapan 1 Syawal akan dilakukan dengan mengikuti metode hisab.
Hasil sidang isbat diumumkan oleh pemerintah dan menjadi patokan bagi umat Islam di Indonesia untuk merayakan Lebaran atau Idul Fitri.
Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menyatakan bahwa pemerintah dan NU kemungkinan akan merayakan Idul Fitri pada 22 April.
Baca Juga: Teks Bacaan Takbir Idul Fitri Sesuai Sunnah dan Al Quran serta Waktu Mengumandangkan Takbir
Sedangkan Muhammadiyah akan menggelar Idul Fitri pada 21 April 2023. Keputusan ini sejalan dengan hisab awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H yang diterapkan oleh Majelis Tarjih dan Jadid Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah.