Metode hisab itu sendiri merupakan perhitungan astronomis untuk menentukan awal Ramadhan. Didalamnya termasuk perhitungan waktu berdasarkan posisi geometris benda-benda langit, pergerakan matahari, bulan, dan bumi turut diamati.
Menurut “Pedoman Hisab Muhammadiyah”, dalam hisab, tidak hanya digunakan untuk menentukan bulan puasa, namun juga sebagai penentu waktu sholat, waktu haji, idul fitri, dan waktu pelaksanaan sholat gerhana.
Dikutip dari laman Muhammadiyah, ada tiga syarat untuk menentukan hilal dengan metode ini, yakni:
Baca Juga: Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan 2022 Kapan? Ini Jadwal Puasa Menurut Muhammadiyah dan NU
- Terjadi ijtimak atau konjungsi
- Ijtimak atau konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam
- Saat matahari terbenam, piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).
Adapun metode rukyatul hilal dapat didefinisikan sebagai aktivitas visibilitas hilal pada bulan sabit muda saat matahari terbenam sebagai tanda pergantian bulan di kalender Hijriah.
Penjelasan dari laman resmi Nahdatul Ulama (NU), apabila hilal telah memenuhi kriteria imkanur rukyah dan kemunginan hilal terlihat, maka awal puasa baru dapat ditentukan.
Demikian uraian dari perbedaan hisab dan rukyatul hisab sebagai metode menetukan awal puasa Ramadhan yang digunakan oleh ormas dan pemerintah.***