Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa dibantu Kyai Mojo yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. Dalam Perang Jawa Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Pangeran Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Pangeran Diponegoro terjepit.
Pada tahun 1829, Kyai Mojo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utama Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda.
Baca Juga: Apa Itu Wakaf? Simak, Jenis, dan Syarat Melakukan Wakaf, dan Dasar Hukum 4 Madzhab
Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Pangeran Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan.
Pangeran Diponegoro pun ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Setelah Perang Diponegoro, pada tahun 1832 seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk menyerah kepada Belanda kecuali bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III yang justru hendak menyerang seluruh kantor Belanda yang berada di kota-kota karesidenan Madiun dan di jawa tengah seperti Wonogiri, karanganyar yang banyak dihuni oleh Warok.
Baca Juga: Pengertian Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu dalam Tembang Macapat Jawa serta Contohnya
Demikian sejarah Perang Jawa yang menjadi upaya Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda di Tanah Jawa.***