Sejarah Perang Jawa Upaya Pangeran Diponegoro Melawan Penjajahan Belanda di Tanah Jawa

- 6 Juni 2022, 16:49 WIB
Sejarah Perang Jawa yang merupakan upaya Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda di Tanah Jawa.
Sejarah Perang Jawa yang merupakan upaya Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda di Tanah Jawa. /Tangkapan layar: Buku Sejarah Kelas 11 SMA Kemendikbud

Kekecewaan Pangeran Diponegoro terhadap penjajahan Belanda juga semakin memuncak ketika Patih Danureja atas perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati makam leluhurnya. Pangeran Diponegoro kemudian bertekad melawan Belanda dan menyatakan sikap perang.

Pada hari Rabu, 20 Juli 1825, pihak istana mengutus dua bupati keraton senior yang memimpin pasukan Jawa-Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo sebelum perang pecah.

Meskipun kediaman Panegarn Diponegoro jatuh dan dibakar, dia dan sebagian besar pengikutnya berhasil lolos karena lebih mengenal medan di Tegalrejo.

Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga keesokan harinya tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul.

Baca Juga: Perbedaan Warna Bendera Indonesia dan Monaco, Bendera Negara Mana Saja yang Mirip Indonesia?

Pangeran Diponegoro kemudian pindah ke Selarong, sebuah daerah berbukit-bukit yang dijadikan markas besarnya. Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya.

Pangeran Diponegoro menempati goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaannya, sedangkan Raden Ayu Retnaningsih dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.

Penyerangan di Tegalrejo memulai Perang Diponegoro atau Perang Jawa yang berlangsung selama lima tahun. Pangeran Diponegoro memimpin masyarakat Jawa, dari kalangan petani hingga golongan priyayi yang menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang, dengan semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati” yang berarti “sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati”.

Sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro. Bahkan Pangeran Diponegoro juga berhasil memobilisasi para bandit profesional yang sebelumnya ditakuti oleh penduduk pedesaan, meskipun hal ini menjadi kontroversi tersendiri.

Baca Juga: 15 Simbol Flowchart: Pengertian, Fungsi, Jenis dan Contohnya Sesuai Standar ANSI

Halaman:

Editor: Bagus Aryo Wicaksono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah