Sehingga, Kartini memiliki pengetahuan tentang Eropa dari buku, majalah, dan koran yang dibacanya. Dia juga kagum dengan cara berpikir wanita Eropa.
Lantas inilah yang menginspirasi Kartini untuk mempromosikan kesetaraan wanita untuk memperoleh pendidikan dan lebih berperan aktif dalam kehidupan sosial.
Kartini menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat dari hasil perjodohan. Untungnya sang suami terus mendukung kemauan istirnya.
Setelah hampir setahun menikah, anak Kartini dan Ario Singgih lahir yang diberi nama Seosalit Djojoadhiningrat pada September 1904. Beberapa hari kemudian, Kartini meninggal dunia pada usia yang sangat muda yaitu 25 tahun.
Atas perjuangan Kartini ketika masih hidup, Yayasan Kartini mendirikan Sekolah Wanita pada tanggal 1912 di Semarang lalu diikuti di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.
Tak hanya itu, Pemerintah Indonesia di masa Presiden Soekarno turut memberikan penghargaan kepada RA Kartini.
Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 108 Tahun 1864 yang menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Nasional beserta menetapkan hari kelahirannya sebagai Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April.