Pada awalnya Akshat tidak memiliki perasaan romantis terhadap Guddan, namun dirinya tetap melindunginya dan selalu mendukungnya saat dibutuhkan.
Guddan membangun lagi kepercayaan dirinya dan akhirnya menemukan keyakinan pada dirinya sendiri.
Di sisi lain, dalam rumah tangganya sang ibu mertua Guddan, atau ibu dari Akshat menjadi pendukung setia.
Sang ibu mertua menganggap bahwa Guddan merupakan seorang pasangan yang sempurna untuk putranya. Ia pun yakin bahwa hanya Guddan yang bisa mengembalikan warna kehidupan Akshat.
Pada awalnya, Guddan menyapa Akshat dengan panggilan “Paman”, akan tetapi seiring berjalannya waktu, dirinya mulai menghormati Akshat dengan menyebutnya penuh hormat ‘Jindal Sahab”.
Guddan nampaknya memiliki kemampuan untuk memahami emosi Akshat. Dirinya bahkan lebih memahami emosi Akshat dibandingkan dengan ibunya sendiri.
Guddan menunjukkan keberaniannya ketika ia dengan rela membakar tangannya saat melakukan aarti pada peringatan kematian mendiang istri Akshat.
Tindakan tersebut ia tunjukkan sebagai bukti nyata bahwa dirinya tulus mencintai Akshat. Bahkan Guddan hanya mencintai Akshat.