MTPJ 10 September 2023: Allah Merekarekakan Kebaikan, Ini Renungan dan Pertanyaan Refleksi

- 9 September 2023, 11:00 WIB
Ilustrasi. MTPJ 10 September 2023, renungan tentang Allah Merekarekakan kebaikan.
Ilustrasi. MTPJ 10 September 2023, renungan tentang Allah Merekarekakan kebaikan. /PIXABAY/ jasongillman/

BERITA DIY - Simak bahan renungan Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat (MTPJ) untuk minggu ini, 10 September 2023 dengan tema Allah Merekarekakan Kebaikan lengkap dengan pertanyaan refleksi.

Saat ini sedang banyak dicari penjelasan renungan MTPJ GMIM untuk pekan ini mulai Minggu, 10 September 2023. Para jemaat yang sedang mencari MTPJ bisa melihatnya berikut ini.

Diketahui MTPJ 10 September 2023 mengangkat tema Allah Merekarekakan Kebaikan, cek alasan pemilihan tema tersebut dan bagaimanan penjelasan renungannya berikut ini.

Berikut penjelasan MTPJ 10 September 2023 Allah Merekarekakan Kebaikan dikutip dari laman dodokugmim.com, selengkapnya.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Hari Ini 5 Agustus 2023 Tentang Kisah Hidup Lengkap Bacaan Injil Matius 14: 1-12

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Perkembangan kejahatan semakin canggih mengikuti perubahan zaman. Manusia tidak segan-segan untuk merencanakan kejahatan kepada saudaranya, kerabat, sahabat dan orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Mereka-rekakan (KBBI: memikirkan, merencanakan). Kita terkadang melihat dan menemui ada orang merencanakan yang jahat kepada sesama karena persaingan, kecemburuan, ketamakan dan dendam. Tuhan Allah mengasihi manusia. Kendati manusia telah menyakiti Tuhan Allah karena dosa, namun la merencakan keselamatan dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus ke dalam dunia. Ia merancangkan yang indah bagi setiap manusia untuk dipakai menjadi alat damai sejahtera-Nya.

Di tengah-tengah maraknya kejahatan di dunia ini, Tuhan Allah setia pada janji-Nya merencanakan dan bertindak untuk menyelamatkan seluruh isi dunia dengan berbagai cara. Menyoroti pergumulan ini, maka perenungan kita di sepanjang minggu yang berjalan akan dituntun oleh tema “Allah Merekarekakan Kebaikan”.

Baca Juga: Bacaan Injil 30 Juli 2023 Lengkap dengan Renungan Harian Katolik Hari Ini Tentang Kerajaan Surga

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kisah Yusuf, seorang muda yang pekerjaannya sebagai gembala kambing domba, anak yang paling disayang oleh ayahnya Yakub ternyata menjadi pemicu, sehingga kakakkakaknya cemburu dan membenci dia (Kej. 37:2-4). Yusuf juga pernah bermimpi bahwa: Pertama, berkas gandumnya berdiri tegak, sedangkan berkas gandum kakak-kakaknya sujud menyembah kepadanya. Kedua, matahari, bulan dan 11 bintang juga sujud menyembahnya. Kedua mimpi ini hendak menyiratkan bahwa Yusuflah yang akan bersinar dan sukses dibandingkan kakak-kakaknya, sehingga semakin iri hati mereka kepada Yusuf (Kej. 37:6-11). Selanjutnya dikisahkan dengan cara yang sangat licik, saudara-saudara Yusuf menjualnya kepada saudagar/kafilah yang sedang dalam perjalanan ke Mesir (Kej. 37:12-36).

Setelah Yusuf melalui berbagai kisah sedih, dia sukses mendapatkan kedudukan sebagai penguasa di tanah Mesir. Karena bencana kelaparan di Kanaan maka saudara-saudaranya mencari makanan di Mesir. Walaupun mereka takut bertemu dengan Yusuf mengingat perbuatan jahat kepadanya. Namun Yusuf tidak dendam karena ia percaya bahwa apa yang sudah terjadi karena campur tangan Tuhan Allah, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” (Kej. 45:5). Yusuf percaya dengan kejadian ini Tuhan Allah punya rencana untuk memelihara keluarganya, sanak saudaranya bahkan ayahnya Yakub (Israel).

Tuhan Allah berfirman kepada Yakub ketika ia akan pergi ke Mesir untuk menjumpai anaknya Yusuf: “Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga yang membawa engkau kembali; dan tangan Yusuflah yang mengatupkan kelopak matamu nanti.” (Kej. 46:3-4).

Baca Juga: Renungan Injil Matius 13:24-34 Perumpamaan Tentang Lalang di Antara Gandum dan Biji Sesawi

Rencana Tuhan Allah bagi umat-Nya terus berjalan walaupun Yakub sudah meninggal, hal ditegaskan dalam pasal 50:15-21, yakni: saudara-saudara Yusuf masih takut dengan Yusuf yang mungkin akan membalas dendam kepada mereka. Mungkin selagi ayahnya masih hidup, Yusuf berlaku baik kepada mereka. Namun setelah ayah mereka meninggal, apakah masih seperti itu? (ayat 15). Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka saudara-saudara Yusuf memakai nama ayahnya untuk menyampaikan pesan: “Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu”. (ayat 17). Yusuf kemudian menangis ketika pesan itu diterimanya, mengapa? Karena di dalam hatinya tidak ada niat jahat seperti yang ada dalam pikiran saudara saudaranya tersebut, sebab bila ia berniat untuk membalas dendam, maka itu sudah dilakukannya ketika mereka datang untuk yang pertama kalinya ke Mesir (lih. Kej. 42:1-38). Justru pada saat melihat saudara-saudaranya, Yusuf menangis (42:24).

Saudara-saudara Yusuf memohon kepadanya untuk mengampuni mereka, bahkan bersedia menjadi budak Yusuf (ayat 18). Mereka merasa tidak layak untuk menjadi saudara Yusuf atau mungkin mereka takut Yusuf menghukum mereka. Jadi keputusan menjadi budak adalah hal yang paling baik. Namun apa tanggapan Yusuf? Ia berkata: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?” (ayat 19). Yusuf sadar bahwa ia bukanlah Tuhan Allah yang berhak untuk menghakimi orang yang yang berbuat salah, sebab penghakiman hanyalah milik Tuhan Allah.

Kepergian Yusuf ke Mesir walaupun dahulunya sebagai budak tetapi sudah dalam rencana Allah: “memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”. (ayat 20). Bagi Yusuf kedatangannya ke Mesir adalah rancangan Tuhan Allah. sebab kalau tidak demikian dapat saja keluarganya yang pada waktu itu berdiam di tanah Kanaan mengalami bencana kelaparan akan mati dan rencana Tuhan Allah tidak tergenapi. Tuhan Allah punya rencana yang indah bag Amat-Nya, yakni mereka terpelihara di tanah Mesir, bertambah banyak di sana dan pada akhirnya kembali lagi ke tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan Allah kepada Abraham.

Baca Juga: Renungan Harian Kristen dan Bacaan Inji Hari Ini 19 Juli 2023: Bersedia Datang kepada Tuhan

Yusuf kemudian memberikan jaminan kepada saudarasaudaranya: ‘Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makananmu dan makan anak-anakmu juga”. (ayat 21). Jaminan ini memberikan sebuah kepastian, bahwa Yusuf tidak menyimpan dendam serta tidak akan bertindak sesuka hati dan menjadikan saudara-saudaranya budak, melainkan ia akan memelihara dan melindungi semua anggota keluarga mereka.

Akhirnya perasaan saudara-saudara Yusuf menjadi tenang dan mereka seterusnya tinggal di tanah Mesir, tepatnya di Gosyen yang diberikan raja Firaun kepada Yusuf dan keluarganya untuk didiami.

Makna dan Implikasi Firman

Salah satu persoalan klasik sampai saat ini adalah iri hati yang kemudian berdampak pada retaknya hubungan orangtua dan anak, kakak-beradik, kerabat, sahabat, tetangga bahkan antar tetangga. Iri hati tak jarang berujung pada tindakan-tindakan kriminal seperti kakak beradik yang saling membunuh karena persoalan pembagian warisan yang dirasa tidak adil. Ada juga orangtua yang pilih kasih di antara anak-anak dengan adanya anak emas”, sehingga memunculkan pertikaian di antara kakak beradik. Belajar dari Firman Tuhan ini, sebagai orangtua kita diingatkan untuk tidak membeda-bedakan anak-anak yang Tuhan Allah anugerahkan dalam kehidupan keluarga, sehingga tidak menimbulkan iri hati yang dapat berakibat yang negatif hubungan persaudaraan.

Ketika Tuhan memberikan talenta/karunia yang mungkin secara manusia dianggap “lebih baik, lebih tinggi” dari yang lain dalam satu keluarga di mana ada beberapa anak, misalnya ada yang lebih pandai, terampil, penampilan menarik dan lain sebagainya, maka janganlah itu menjadi pemicu keretakan dalam hubungan keluarga. Karena Tuhan Allah yang berhak untuk menentukan kepada siapa Dia memberikan talenta atau karunia tersebut. Mungkin karunia yang Dia berikan kepada kita hanya dianggap “keeil” secara manusia, namun temyata apa yang “kecil” itu sangat berarti bagi banyak orang.

Baca Juga: Renungan Harian Katolik Singkat Tentang Kehidupan: Pentingnya Introspeksi dan Memperbaiki Diri

Setiap rancangan Tuhan Allah bagi kita manusia tentunya akan mendatangkan kebaikan, sebab Tuhan Allah merancangkan damai sejahtera bukan kecelakaan. Rancangan-Nya tetap akan digenapi walaupun terkadang harus melewati berbagai tantangan dan rintangan. Tuhan Allah juga punya rancangan yang indah bagi setiap pribadi orang percaya, oleh karena itu tetap yakin, percaya dan setia melakukan perintah dan ketetapan-Nya. Ketika Ia menempatkan kita untuk bekerja, berusaha dan berkarya melalui pekerjaan yang sementara kita jalani, maka Ia pasti akan selalu memampukan kita untuk melakukannya, sukses dan menjadikan kita berkat di manapun kita berada.

Firman Tuhan saat ini juga mengajarkan kita untuk tidak rnenyirnpan dendam, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan namun mau membangun sikap yang saling mengampuni satu terhadap yang lain. Bangunlah juga sikap mau mengakui kesalahan bila kita sudah melakukan kesalahan serta berani bertanggung jawab apa yang sudah diperbuat. Kita percaya bahwa Tuhan akan menolong dan memampukan kita untuk melakukan kehendak-Nya.

Baca Juga: Renungan Minggu 18 Juni 2023 Katolik, Bacaan Injil Matius 9:36 - 10:8 Tentang Pekerja bagi Tuaian

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

  • Apa yang kita pahami tentang tema “Allah Mereka-rekakan Kebaikan- menurut perikop Kejadian 50:15-21?
  • Bagaimana sebagai orang percaya kita menyikapi realita hidup di mana kebaikan mulai meredup dan diganti dengan sikap mementingkan diri sendiri?
  • Berikanlah contoh konkrit bagaimana penyertaan Tuhan Allah dalam hidup kita yang mengubah dari hal yang mustahil menjadi kenyataan! (kesaksian hidup mengenai penyertaan Tuhan).

POKOK-POKOK DOA

Orang percaya hendaknya menghindari diri dari sikap iri hati, sombong dan dengki, tetapi mau membangun sikap hidup yang saling mengampuni.

Orang percaya mampu bertahan mengadapi berbagai tantangan dan pergumulan.

Setiap orang percaya meyakini bahwa Tuhan Allah mempunyai rencana yang terindah baginya.

---------------

Demikian penjelasan dan teks renungan MTPJ hari ini 10 September 2023 dengan tema Allah Merekarekakan Kebaikan.***

Editor: Sani Charonni


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x