Besar lalu makan roti sajian itu — yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam — dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?”
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”
Baca Juga: Daftar Hari Raya Katolik Setelah Natal: Cek Kalender Liturgi Katolik 2023, Kapan Hari Raya Paskah?
Renungan harian hari ini Selasa, 17 Januari 2023 tentang Aturan yang Memerdekaandari Agus Kani CS, Pastor Paroki Nossa Sanhora de Monte Siao, Amora, Portugal.
Dalam kehidupan bermasyarakat, keberadaan aturan itu penting. Akan tetapi harus diakui bahwa aturan ada yang baik, ada yang buruk; ada yang bijaksana, tetapi ada pula yang tidak masuk akal, bahkan cenderung tidak adil.
Aturan yang buruk dna tidak adil jelas harus diperbarui demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Sementara itu, dalam aturan yang baik pun kadang-kadang perlu dibuat kekecualian, sebab pada dasarnya, suatu aturan pasti bisa mengantisipasi seluruh situasi konkret yang mungkin terjadi. Aturan yang diterapkan secara kaku bisa jadi akan mengorbankan kebaikan hidup seseorang.
Dalam bacaan injil hari ini, orang Farisi menuduh murid-murid Yesus melanggar hikum Sabat karena mereka memetik bulir-bulir gandum pada hari Sabat. Hari Sabat adalah yang dikuduskan untuk mengingat dan merayakan karya penciptaan yang dilakukan Tuhan.
Karena itu, hukum Taurat melarang dilakukannya semua pekerjaan pada hari itu. Para murid Yesus dikritik bukan karena memtik bulir gandum di ladang, melainkan karena melakukan hal itu pada hari Sabat.
Dalam tanggapan-Nya, Yesus mengundang para pengkritik untuk merenungkan dan melihat lebih sungguh mengenai hubungan manusia dengan Allah. Ia menegaskan bahwa kebutuhan manusia harus didahulukan daripada kebiasaan ritual, sebab setiap aturan dibuat demi kebaikan hidup manusia: "Hari Saba diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat."