Sebuah hadis menyebutkan,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
"Semua anak Adam bersalah, dan orang terbaik saat bersalah adalah mereka yang bertobat". (HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139).
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terakhir Bulan Ramadhan 2022 tentang Mengisi Akhir Ramadhan dengan Ibadah Terbaik
Kemustahilan menghindari dosa menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang daif. Pengakuan dosa adalah penegasan sebuah kesalahan. Sebagai sifat asasi dalam diri manusia, tak ada alasan bagi seseorang untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan memang tidak mudah, butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya.
Namun di hari Idul Fitri ini, secara simbolik kita bersama-sama merayakan kesalahan dengan saling memaafkan. Semua orang saling mengakui ada kesalahan dalam diri masing-masing, melepaskan rasa stres dan depresi akibat menyimpan dendam dan amarah yang menahun. Tubuh dibebaskan dari belenggu-belenggu negatif yang mengotori jiwa dan pikiran.
Pada hari ini, ucapan selamat Idul Fitri dan maaf-memaafkan, hilir mudik masuk ke dalam telpon genggam kita. Relasi-relasi kemanusiaan yang menerobos batas-batas ideologi, ras, suku, golongan, mazhab muncul secara tak terkendali. Lebaran akhirnya tak mudah diberi tapal batas ras, kelas, bahkan ormas.
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terakhir di Bulan Ramadhan 2022 tentang Memaksimalkan Sisa Bulan Puasa
Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd
Sebagai momentum kemenangan, di hari yang fitiri ini tak boleh ada satu orang pun yang menderita kelaparan. Karena itu, zakat fitrah disyariatkan. Hal ini sekaligus sebagai koreksi bahwa kemenangan tidak harus identik dengan menghancurkan.