NATO sendiri, merupakan aliansi militer yang berisi negara-negara barat, dibentuk pada 1949 untuk menghadapi Uni Soviet pada saat itu.
Walaupun janji ini masih diperdebatkan hingga saat ini, namun Rusia menganggap hal ini sebagai sesuatu yang eksis dan nyata dan memang pada awalnya dipatuhi oleh Amerika Serikat.
Namun, pada 1999 NATO mengundang Polandia, Republik Ceko, dan Hungaria untuk bergabung. Hingga pada 2004, tujuh negara Eropa timur, yakni Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Romania, Slovakia, dan Slovenia diminta George Bush untuk bergabung ke NATO.
Bagi Rusia, hal ini dianggap suatu pengkhianatan, di mana aksi yang dilakukan oleh NATO sama saja memarjinalisasi keberadaan Rusia di dunia internasional.
Hal ini berdasar pada dua hal dimana, pada tahun 1997 terdapat deklarasi terkait hubungan, kerjasama, dan keamanan bersama antara NATO dan Rusia.
Pada intinya anggota NATO tidak memiliki intensi, proyek, atau alasan untuk menginstal senjata nuklir di negara anggota.
Lalu, berdasarkan “janji” yang dibuat oleh AS menandakan bahwa NATO memiliki intensi untuk memperluas pengaruhnya di Eropa timur.
Ahli politik luar negeri Rusia, Bertil Nygren, mengungkapkan kebijakan luar negeri Rusia dibagi berdasarkan masalah yang dihadapi.
Nygren kemudian membagi menjadi tiga kategori, yakni the European regional security sub-complex, the Caucasus regional sub-complex, dan the central Asian regional sub-complex.