Konflik internal yang diduga dibuat oleh rezim Orde Baru berlanjut pada Kongres IV PDI di Medan, Sumatera Utara pada 21 hingga 25 Juli 1993.
Dalam Kongres IV, PDI memilih Sorjadi sebagai Ketua UMUM DPP PDI. Namun, kericuhan terjadi akibat demonstrasi yang dipimpin Jacob Nuwa Wea mampu menerobos ke area kongres.
Usai kejadian tersebut, Megawati Soekarno Putri berani secara eksplisit mencalonkan diri menjadi Ketum PDI.
Akhirnya, Megawati dinyatakan sebagai Ketum DPP PDI periode 1993-1998 secara de facto dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar pada 2-6 Desember 1993 di Surabaya, Jawa Timur.
Namun, Kelompok Fatimah Achmad yang didukung pemerintah tetap menyelenggarakan Kongres PDI pada 22 hingga 23 Juni 1996 di Medan.
Massa dari PDIP yang mendukung Megawati pun berunjuk rasa pada 20 Juni 1996 yang berakhir bentrok dengan aparat keamanan.
Lantas, untuk menguatkan posisi Megawati sebagai Ketum PDI, pada 27 Juli 1996 pendukungnya menggelar Mimbar Demokrasi di halaman Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro.
Namun, Kantor DPP PDI tiba-tiba saja diserbu ratusan orang berkaos merah yang ingin mengambil alih kantor. Peristiwa ini memakan banyak korban dan dinamakan Kuda Tuli.