Teks Khutbah Idul Fitri Pembuka hingga Penutup Tema Hikmah Ramadhan dan Pandemi Covid-19  untuk Kesucian

30 April 2022, 17:28 WIB
Ilustrasi - Teks khutbah Idul Fitri dengan tema hikmah Ramadhan dan pandemi Covid-19 untuk kesucian jiwa. /UNSPLASH/@typebymayank

BERITA DIY - Simak teks khutbah Idul Fitri dari pembuka hingga penutup dengan tema hikmah Ramadhan dan pandemi Covid-19 untuk kesucian jiwa.

Umat Islam tahun ini masih menjalani ibadah Ramadhan di masa pandemi Covid-19. Tentu rasanya berbeda dengan sebelum ada pandemi.

Namun kini hari kemenangan sudah akan tiba. Umat Islam akan menyambut Hari Raya Idul Fitri 1443 H.

Ada sejumlah hal yang perlu disiapkan menyambut Lebaran. Bagi para pemuka agama, salah satunya adalah teks khutbah Idul Fitri 2022.

Baca Juga: Khutbah Sholat Idul Fitri 2022 Menyentuh Hati Para Jamaah Tentang Memperkuat Persatuan Umat Islam

Berikut contoh teks khutbah Idul Fitri bertema hikmah Ramadhan dan pandemi Covid-19 untuk kesucian jiwa. Teks ini diunggah di laman muhammadiyah.or.id.

Isi lengkap teks khutbah Idul Fitri yang bisa dicontoh yaitu:

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu akbar Allahu akbar laa ilaaha illaalaahu allaahu akbar wa lillahilhamdu.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan Pelimpah cahaya dan kirana. Dialah Allah, Yang Maha Awal tanpa permulaan, Yang Maha Akhir tanpa penghujung, dan Yang Maha Abadi tanpa perubahan.

Baca Juga: Teks Ceramah Khutbah Sholat Jumat Terakhir Ramadhan 2022 tentang 'Zakat Meminimalisir Jurang Kaya dan Miskin'

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, cahaya segala cahaya, pemimpin orang-orang saleh, kekasih Sang Penguasa Yang Maha Perkasa, pembawa berita gembira dari Yang Maha Pengampun, dan mata air teladan bagi umat manusia. Demikian pula kepada keluarga dan para sahabat yang dimuliakan.

Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba Allah yang terus memelihara keislaman, memperkuat keimanan, dan memperteguh keihsanan. Di zaman tunggang-langgang seperti ini, rasa-rasanya merawat Islam, iman, dan ihsan adalah sesuatu yang sukar. Karenanya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt, satu derajat lebih tinggi dari hari kemarin.

Jamaah Salat Idul Fitri rahimakumullah,

Satu bulan umat Islam menunaikan ibadah puasa Ramadan. Menahan rasa lapar, dahaga, dan hasrat badaniah. Bahkan, karena posisinya di tengah pandemi Covid-19, umat Islam juga harus menahan diri untuk tidak beraktivitas yang mengundang kerumunan orang. Semua terjadi dalam suasana penuh keterbatasan. Inilah proses penempaan diri, bila manusia menahan diri dari yang halal-halal saja mampu, apalagi menahan diri dari yang haram-haram. 

Baca Juga: Teks Khutbah Idul Fitri 1443 H Pembukaan hingga Penutup Tema: Merengkuh Taqwa Menjadi Muslim Wasathiyyah

Syukur walhamdulilah kita bisa merampungkan puasa Ramadan sebulan penuh—tentu atas izin—Nya—dengan susah payah, adalah sebuah prestasi yang sangat menggembirakan. Meski di balik semangat rohani, ada fisik yang menderita sebenarnya. Namun penderitaan yang mengantarkan pada kebahagiaan, bukan penderitaan yang membinasakan.

Kebahagiaan itu tercermin dalam situasi fitri ini. Secara spiritual, Idul Fitri kerap diartikan sebagai momen kemenangan bagi umat Islam, setelah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh. Tatkala puasa dijalankan, setiap orang diminta mengendalikan fungsi fisik dan hasrat—agar tak terkepung pada perangkap dosa—sehingga bisa mengantar yang bersangkutan kepada “fitrah”-nya yang asal.

Pada 10 hari terakhir Ramadan, munajat malam terus menerus dipanjatkan dengan rendah hati dan suara lirih. Tanpa sorotan kamera, pengeras suara, apalagi rekam-unggah-bagi di media sosial. Pada malam-malam itu kaum Muslim giat berdoa mohon ampunan. Sebab mereka sadar tak satu orang pun bisa menghindar dari dosa.

Sebuah hadis menyebutkan,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

"Semua anak Adam bersalah, dan orang terbaik saat bersalah adalah mereka yang bertobat". (HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139).

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terakhir Bulan Ramadhan 2022 tentang Mengisi Akhir Ramadhan dengan Ibadah Terbaik

Kemustahilan menghindari dosa menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang daif. Pengakuan dosa adalah penegasan sebuah kesalahan. Sebagai sifat asasi dalam diri manusia, tak ada alasan bagi seseorang untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan memang tidak mudah, butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya.

Namun di hari Idul Fitri ini, secara simbolik kita bersama-sama merayakan kesalahan dengan saling memaafkan. Semua orang saling mengakui ada kesalahan dalam diri masing-masing, melepaskan rasa stres dan depresi akibat menyimpan dendam dan amarah yang menahun. Tubuh dibebaskan dari belenggu-belenggu negatif yang mengotori jiwa dan pikiran.

Pada hari ini, ucapan selamat Idul Fitri dan maaf-memaafkan, hilir mudik masuk ke dalam telpon genggam kita. Relasi-relasi kemanusiaan yang menerobos batas-batas ideologi, ras, suku, golongan, mazhab muncul secara tak terkendali. Lebaran akhirnya tak mudah diberi tapal batas ras, kelas, bahkan ormas.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terakhir di Bulan Ramadhan 2022 tentang Memaksimalkan Sisa Bulan Puasa

Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd

Sebagai momentum kemenangan, di hari yang fitiri ini tak boleh ada satu orang pun yang menderita kelaparan. Karena itu, zakat fitrah disyariatkan. Hal ini sekaligus sebagai koreksi bahwa kemenangan tidak harus identik dengan menghancurkan.

Allah Swt berfirman,

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

"Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui". (QS. At-Taubah: 103).

Dalam zakat terdapat kewajiban intrinsik yang bersifat moral-etis bagi si kaya kepada si miskin. Tujuannya menata struktur sosial agar orang kaya tidak sampai tenggelam dalam ‎bianglala kehidupan yang penuh pesona duniawi dan orang miskin dapat memiliki kesempatan memperbaiki kualitas hidupnya.

Ma’asyira al-Muslimin Rahimakumullah,

Bila sebulan penuh kita praktikkan kebiasaan di bulan Ramadan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang tentang pentingnya maaf dan berbagi. Meminta maaf sebagai pengakuan kesalahan dan memberi harta sebagai bentuk solidaritas merupakan kemenangan tanpa proses menghancurkan.

Baca Juga: Teks Khutbah Idul Fitri 2022 tentang Mengisi Waktu Hidup yang Tersisa dengan Amalan

Akhirnya mari kita tutup rangkaian ibadah salat hari raya ini dengan bermunajat kepada Allah untuk selalu menjaga kesehatan, keimanan, dan ketakwaan kita.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ, رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Demikian teks khutbah Idul Fitri dengan tema hikmah Ramadhan dan pandemi Covid-19 untuk kesucian jiwa.***

Editor: F Akbar

Tags

Terkini

Terpopuler