BERITA DIY - Telah viral di Twitter, sebuah foto yang menunjukkan ukuran snack Momogi yang jadi kecil, disertai oleh jajanan bermerek TOP. Apakah generasi milenial dan inflasi yang jadi penyebab?
Dalam linimasa Twitter, akun @angga_eighties yang kembali memviralkan ukuran snack yang makin mengecil.
Dari komentar netizen, ada yang berpendapat jika camilan masa kecil generasi milenial seperti Momogi, TOP, Beng Beng punya ukuran yang menyusut jadi lebih kecil.
"Setelah tweet di atas jadi rame, gue juga mulai menelusuri kemungkinan Momogi punya beberapa varian ukuran.
Sayangnya, kenyataannya memang inflasi memengaruhi ukuran produk untuk mempertahankan margin," ungkap Anggada Samira di tweetnya pada 9 Januari 2022.
Namun, ada sejumlah netizen pula yang bilang kalau soal ukuran camilan adalah soal perasaan saja. Pasalnya, makanan itu tidak mengecil, tapi kita-lah yang membesar.
"Kupikir akunya yang udah gede," ungkap @lin***.
"hahahahah nah kan aku jga sempat foto. Udh sebesar jempol tanganku pdahal tanganku trmasuk kecil," tulis @tweetienisy***.
"Ih bener Beng Beng hazelnut ga ada lg pdhal lbh suka yg itu. Skrg ada Beng Beng max yg hazelnut tp ga enak," ucap @chococo_o***.
Namun, apakah benar ukuran camilan menyusut karena inflasi dan selera generasi milenial?
Baca Juga: Cara Menuju Wahana NGOPI IN THE SKY yang Viral di Gunung Kidul Yogyakarta, Segini Biayanya
Produk cemilan seperti Momogi, Beng Beng hingga Top disebut sebagai Fast Moving Consumer Goods (FMCG) dengan kemasan kecil.
Adapun pengertian FMCG adalah produk atau barang kebutuhan sehari-hari yang sifatnya cepat habis dan cepat dibeli lagi.
Barang yang masuk dalam kelompok FMCG adalah seperti sabun, shampo, odol, kecap, minyak mie goreng, dan juga camilan kemasan.
Sementara inflasi adalah kenaikan harga yang berlangsung terus-menerus (biasanya diukur per tahun) karena berbagai hal yang memengaruhinya, ekonomi maupun politik.
Produk makanan seperti camilan bisa terdampak inflasi jika harga bahan dan proses pembuatan semakin mahal.
Dalam proses pembuatan camilan, terdiri dari bahan baku dan packaging yang punya harga terus naik.
Namun, karena cemilan atau makanan ringan punya target pasar kepada kelas menengah ke bawah, maka harga cemilan harus tetap murah dengan kualitas baik.
Satu-satunya cara untuk menyiasati inflasi adalah dengan mengurangi bahan baku atau packaging. Namun, kebanyakan produsen memilih pilihan pertama.
Di Indonesia, generasi milenial-lah yang pertama kali menyicipi camilan Momogi, Top dan Beng Beng.
Sejak 2010, pendapatan masyarakat Indonesia melewati angka 3000 dolar AS per kapita, masuklah dalam kategori negara berpenghasilan menengah.
Dari laporan Bank of America (BofA), generasi milenial adalah angkatan yang tak punya ketertarikan kepada konsumsi yang bersifat hanya 'cemilan'.
Generasi milenial lebih memilih mengarahkan konsumsi kepada hal yang menghibur dan pengalaman untuk menunjang gaya hidup.
AC Nielsen dalam riset pada 2015 juga menunjukkan penuruanan pangsa pasar industri cemilan kemasan.
Ada 55 bahan cemilan kemasan yang mengalami penurunan seperti makanan ringan /cemilan, mie instan, kopi kemasan, minuman, biskuit, air minum kemasan, dan obat-obatan.
Dari data riset yang sama, diketahui jika pertumbuhan tahunan penjualan produk FMCG 11 persen selama 10 tahun terakhir.
Demikian penjelasan viral dari menyusutnya ukuran cemilan para milenial seperti Momogi, TOP dan Beng Beng jadi kecil dan penyebabnya apa benar karena inflasi?***