Tiga perwira tinggi AD tersebut memberitahu Soekarno bahwa Soeharto mampu menangani situasi apabila diberikan surat tugas untuk mengambil tindakan.
Presiden Soekarno mengabulkan permintaan dan segera mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret yang dikenal dengan Supersemar.
Menurut informasi yang beredar, Presiden ketika itu ditodong untuk menandatangani lembaran yang diduga Supersemar tersebut.
Sisi lain menurut kesaksian A.M. Hanafi dalam buku "A.M. Hanafi Menggugat Kudeta Soeharto" menyatakan bahwa ketiga jenderal itu telah membawa teks yang sekarang disebut dengan Supersemar.
Baca Juga: Tanggal 9 Maret 2022 Hari Apa? Sejarah Hari Musik Nasional dan Link Download Twibbon Peringatan
Meskipun begitu menurutnya, Bung karno tidak ditodong karena para jenderal datang dengan baik-baik. Sementara di luar istana para demonstran telah berkumpul. Karena kondisi seperti itu pada akhirnya Soekarno menandatangani surat itu.
Setelah penelusuran, Supersemar yang asli pun belum diketahui. Ada beberapa orang yang mengaku mengetik surat tersbut di antaranya, Letkol (Purn) TNI-AD Ali Ebram sebagai Staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.
Menurut situs menpan.go.id, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), juga belum menemukan Supersemar yang asli, meskipun telah ada empat versi Surat Perintah Sebelas Maret di Arsip Nasional.