Profil Wiji Thukul, Penyair cum Aktivis yang Lahir 26 Agustus 1963: Karya dan Kisahnya Dihilangkan Orba

- 26 Agustus 2021, 18:02 WIB
Wiji Thukul dikenang sebagai simbol perlawanan kepada penguasa rezim militeristik-otoritarian dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Wiji Thukul dikenang sebagai simbol perlawanan kepada penguasa rezim militeristik-otoritarian dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). /Tangkap layar ensiklopedia.kemdikbud.go.id/Wiji Thukul

Karya-karya Wiji Thukul

Kumpulan karya Wiji Thukul terkolase apik dalam buku berjudul "Aku Ingin Jadi Peluru". Di dalamnya ada judul puisi bernama "Peringatan" di mana ada satu paragraf dengan sebutir kalimat yang punya popularitas melebihi penciptnya, yakni:

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang/
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan/
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan/
Maka hanya ada satu kata: lawan!//

Meski Wiji Thukul sudah dinyatakan hilang, karyanya masih ada yang masih dibacakan hingga sekarang, seperti: Puisi untuk Adik, Di bawah selimut kedamaian palsu, Peringatan, (tanpa judul), dan Hari itu aku akan bersiul-siul.

Baca Juga: Profil Raja Mangkunegaran Solo KGPAA Mangkunegara IX yang Meninggal Dunia: Hobi hingga Karya Seni Tari Ciptaan

Semangat Thukul masih terasa hingga era Reformasi. Pada tahun 2017, film biopik dari kehidupan Wiji Thukul rilis di bioskop Indonesia dengan judul "Istirahatlah Kata-kata". Disutradarai oleh Yosep Anggi Noen dan pemeran utamanya adalah Gunawan Maryanto.

Demikian profil dari Wiji Thukul, dan karya-karya dari penyair cum aktivis penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) tersebut. Selamat ulang tahun, Thukul!***

Halaman:

Editor: Arfrian Rahmanta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x