Setelah Ditekan Donald Trump, Raja Salman Telpon Putin dan Dapat Dukungan Cina

11 September 2020, 08:32 WIB
Ditekan AS Karena Tak Mau Berdamai dengan Israel, Raja Salman Mendadak Telpon Vladimir Putin /Sputnik / Aleksey Nikolskyi

BERITA DIY - Raja Salman Bin Abdulaziz secara tegas menolak permintaan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menormalisasikan hubungannya dengan Israel.

Permintaan ini jelas ditolak mentah-mentah Raja Salman sebelum Palestina merdeka seutuhnya.

Atas tekanan Trump ini, Raja Salman kemudian menelpon Presiden Rusia Vladimir Putin yang juga bertolak belakang dengan kebijakan Amerika terhadap Israel.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji Karyawan Rp 600 Ribu Tahap 3 Ditransfer Hari Ini, Begini Cara Cek via SMS dan WA

Tidak hanya itu, lawan besar Amerika Serikat lainnya, Cina, melalui Presiden Xi Jinping juga menelpon Raja Salman.

Presiden China Xi Jinping memberitahu Raja Salman jika negara-negara anggota G-20 memproduksi vaksin COVID-19 dengan harga yang sangat terjangkau.

Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan melalui sambungan telepon dengan Raja Salman, Xi Jinping mengutarakan hal itu pada Rabu, (9/9/2020).

Xi Jinping mengatakan pemerintahannya akan bekerja sama dengan Arab Saudi dalam penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19 serta di bidang lainnya macam pertahanan jika Riyadh membutuhkannya.

Baca Juga: Cek Saldo ATM Anda, BLT Rp 600 Ribu Tahap 3 Cair Hari Ini Ke Bank Berikut
Xi Jinping juga mencatat hubungan diplomatik China dengan Saudi telah berlangsung selama 30 tahun.

"Saya sangat menghargai Raja Salman dan pihak Saudi yang telah berulang kali menyatakan dukungan tegas mereka kepada China pada saat kritis ini ketika kami memerangi epidemi pneumonia yang disebabkan oleh novel coronavirus," ujar Xi Jinping seperti dikutip dari Antara Kamis 10 September 2020.

Artikel ini sebelumnya dimuat di Zona Jakarta dengan judul Bukan Hanya Vladimir Putin, Raja Salman Kemudian di Telepon Xi Jinping Usai Arab Saudi Ditekan AS.

Saat ini, kemitraan itu telah memasuki masa yang matang, tapi masih memiliki kesempatan untuk maju lagi, katanya, seperti dikutip dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

China juga menyatakan kesediaannya untuk mensinergikan program pembangunan Prakarsa Sabuk Jalan (BRI) dengan Visi Arab Saudi 2030.

Baca Juga: 3 Kali Gagal Kartu Prakerja? Download Surat di Link Ini dan Lapor agar Lolos Seleksi

China dan Arab Saudi selama masa pandemi COVID-19 melanda telah saling memberikan bantuan dan dukungan.
China juga menyatakan kesediaannya untuk mensinergikan program pembangunan Prakarsa Sabuk Jalan (BRI) dengan Visi Arab Saudi 2030.

China dan Arab Saudi selama masa pandemi COVID-19 melanda telah saling memberikan bantuan dan dukungan.
Negeri Tirai Bambu juga siap bekerja sama dengan anggota G-20, termasuk Arab Saudi yang kini mengemban tugas sebagai ketua.

Baca Juga: Tips Lolos Kartu Prakerja Gelombang 8, Jangan Lakukan Ini yang Bikin Gagal Diterima

Kerjasama kedua negara tersebut untuk meningkatkan bantuan kepada negara-negara berkembang, membangun ekonomi dunia secara terbuka, menjaga stabilitas industri global dan rantai pasokan.

Dalam pernyataan tersebut, kedua negara juga ingin memfasilitasi keluar-masuk antar warga kedua negara, memandu kerja sama ekonomi digital yang terbuka, adil, dan tidak diskriminatif.

Sementara itu, Raja Salman juga mengatakan bahwa hubungan bilateral negeri padang pasir dengan negeri tirai bambu mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 8 Sudah Dibuka, Lakukan Ini Agar Potensi Lolos Lebih Besar



Menurut dia, pemerintahannya sangat perhatian terhadap kemitraan strategis komprehensif dengan Tiongkok dan berharap dapat memperkuat kerja sama bilateral dalam memerangi pandemic COVID-19, terutama dalam bidang litbang vaksin.

Raja Salman menyampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan China dalam mengemban tugas sebagai Presiden G-20.

Oleh sebab itu, dia berjanji akan menjaga komunikasi dan koordinasi yang erat dengan China untuk mempromosikan solidaritas dan kerja sama di antara anggota G-20 dalam menghadapi pandemi agar pertumbuhan dan stabilitas ekonomi di dunia segera pulih.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, vaksin COVID-19 di China sudah siap dipasarkan dengan harga 1.000 yuan atau sekitar Rp2.3 juta per dua dosis.***(Beryl Santoso/Zona Jakarta)

Editor: Iman Fakhrudin

Sumber: Permenpan RB Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler