14. Paes Ageng Jangan Menir
Pria: selop bludiran, kain cindhe kembaran, baju blenggen berwarna biru tua, hijau tua atau hitam dan bukan berwarna merah, ikat pinggang panjang, ikat pinggang bordir (kamus bludiran), timang kreteb, kuluk kanigara dan keris branggah. Aksesoris bros 3 buah.
Perhiasan yang dipakai: oncen bunga sritaman, karset, kelat bahu bermotif ular naga, gelang kana, rantai, cincin, kalung susun tiga dan buntal (untaian daun pandan, pisang muda, bunga kamboja dan putronenggala).
Wanita: selop bludiran sesuai dengan warna pakaian, baju blenggen beludru panjang berwarna gelap (hijau tua, biru tua, hitam atau merah), kain cindhe sebagai kemben dan kain biasa yang senada, baju blenggen tanpa kuthu baru, udhet dan kain cindhe, buntal dan slepe (cathok).
Perhiasan yang dipakai: sengkang royok, gelang kana, kalung bersusun tiga (sangsangan), kelat bahu bermotif ular naga dan cincin. Pakaian Paes Ageng Jangan Menir awalnya merupakan busana yang dipakai untuk acara boyong atau upacara dari kraton ke kediaman pengantin pria. Pada perkembangannya kemudian dipakai untuk acara panggih.
Baca Juga: Profil Provinsi Jawa Barat: Ibu Kota, Bahasa, Ada Berapa Daerah, Nama Gubernur, Peta, dan Rumah Adat
15. Paes Ageng Corak Kebesaran, Kebesaran Corak Basahan Kampuh Ageng, Busana Basahan
Pria: selop bludiran, kain kampuh (batik sidomukti sepanjang 4 meter), celana cindhe, sabuk (lonthong), ikat pinggang bordir (kamus bludiran), timang kreteb, mogo, buntal, keris branggah, kuluk kanigara polos berwarna biru.
Perhiasan yang dipakai: subang ronyok, karset, kalung susun tiga (sangsangan), kelat bahu, gelang kana, dan cincin.
Wanita: selop bludiran, kain kampuh, kain cindhe, slepe (cathok), dan udhet cindhe.