Renungan Lukas 6:37-42 Jangan Menghakimi, Apa Artinya Dalam Ayat Alkitab?

- 12 Februari 2023, 12:05 WIB
Ilustrasi - Renungan Lukas 6:37-42 jangan menghakimi, apa artinya dalam ayat alkitab dengan makna yang terkandung pesan Yesus kepada muridnya.
Ilustrasi - Renungan Lukas 6:37-42 jangan menghakimi, apa artinya dalam ayat alkitab dengan makna yang terkandung pesan Yesus kepada muridnya. /PIXABAY/ voltamax

Dan sekarang kita tafsirkan ini atau terapkan ini dalam pengampunan. Maka hal kedua yang Tuhan Yesus ajarkan adalah untuk punya hati yang bisa mengampuni, kita mesti membiasakan diri punya belas kasihan.

Gampang kasihan sama orang akan mempermudah kita mengampuni. Tapi kalau kita tidak pernah melatih diri kita dengan memberikan belas kasihan kepada orang lain, kita akan sulit mengampuni, tidak terbiasa, jadi perlu ada latihan spiritual untuk mampu mengampuni yaitu membiasakan melihat orang lain lalu merasa kasihan.

Ada orang kalau lihat orang lain jahat langsung tuduh, langsung tangannya tunjuk dan mengatakan “hukum”. Tapi ada orang yang lihat langsung pikir “mungkin keluarganya perlu, mungkin dia kepepet, mungkin”, ini serangkaian mungkin yang muncul di dalam hati orang yang belas kasihan. Dan Tuhan mau kita menjadi orang yang seperti itu.

Sehingga ketika kita menghukum, kita menghukum dengan tidak tega, ketika terpaksa menjatuhi hukuman kita tahu ini demi keadilan bukan demi memuaskan hawa nafsu.

Ini bedanya keadilan dengan balas dendam. Keadilan itu bukan supaya aku puas, tapi supaya ada kestabilan di dalam prinsip keadilan Allah. Tapi balas dendam berarti “saya hantam kamu, yang penting saya lega”, ini adalah sesuatu yang jahat.

Tuhan mau membiasakan kita untuk tidak punya kebiasaan hawa nafsu untuk melampiaskan amarah dan dendam. Maka Tuhan memerintahkan kita untuk mengubah itu dengan cara bertindak belas kasihan. Ini prinsip Alkitab yang sangat penting, baik di dalam berita Injil maupun di dalam surat-surat Paulus, setiap usaha meninggalkan dosa tidak bisa dilakukan dengan nol, tidak bisa dilakukan dengan menahan diri tidak berdosa, tetapi harus diisi dengan tindakan yang berlawanan dengan dosa itu.

Paulus mengajarkan “yang dulunya suka mencuri, engkau tidak boleh mencuri lagi, tapi harus belajar memberi”, supaya Saudara benar-benar lepas dari dosa mencuri, Saudara mesti melawannya dengan memberi, bukan melawannya dengan tidak mencuri.

Jadi agama Kristen itu bukan agama negasi. Berhenti berdosa dan melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang biasa kita lakukan. Maka siapa yang kikir mesti bertobat dari kikir dengan cara menjadi orang yang penuh dengan kemurahan.

Orang yang sulit mengampuni mesti bertobat dari sulit mengampuni dengan menjadi orang yang murah hati, bukan menjadi orang yang netral. Maka poin kedua untuk mengampuni adalah membiasakan diri untuk punya belas kasihan, membiasakan diri untuk coba memaklumi orang, lalu merasa hati kita perasaan marah digantikan dengan perasaan kasihan.

Ini kemenangan, waktu Saudara terus marah-marah, benci, dendam ke orang itu berarti Saudara yang kalah. Tapi ketika Saudara mampu mengganti perasaan ini dengan perasaan kasihan sama orang, Saudara mengalami kemenangan.

Halaman:

Editor: Aziz Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x