Teks Khutbah Jumat Singkat dari NU Bulan Muharram, Meneladani Ikhitar dan Kepasrahan Nabi Musa

- 25 Agustus 2022, 19:50 WIB
Ilustrasi. Teks khutbah Jumat NU singkat untuk Jumat terakhir bulan Muharram, tentang kisah Nabi Musa.
Ilustrasi. Teks khutbah Jumat NU singkat untuk Jumat terakhir bulan Muharram, tentang kisah Nabi Musa. /PIXABAY/Makalu

BERITA DIY -  Inilah teks khutbah Jumat singkat dari NU yang dapat dijadikan referensi untuk disyiar'kan pada hari Jumat terkahir bulan Muharram.

Tentang kisah Nabi Musa, meneladani iktiar dan kepasrahan dalam perjalanan dakwah Nabi Musa menyebarkan agama Allah SWT.

Salah satu kisah nabi yang memiliki banyak pelajaran yang bisa diambil dan direfleksikan dalam hidup ialah kisah hidup Nabi Musa.

Berikut ini teks khutbah Jumat dari NU yang singkat tentang kisah Nabi Musa yang dapat diambil sebagai pelajaran.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat Terbaru di Akhir Bulan Muharram: Bagaimana Seharusnya Menutup Bulan Muharram?

Khutbah I


اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ نَبِيَّهُ مُوْسَى كَلِيْمًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ مَنِ اتَّقَى وَعَصَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُجْتَبَى
الْمُصْطَفَى

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْوَرَى، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُ الصِّدْقِ وَالْوَفَاءِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قال الله تعالى فى كتابه الكريم، وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Beruntung kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menghadiri salah satu kewajiban sebagai muslim dengan menjalankan shalat Jumat berjamaah. Ini adalah di antara manifestasi dari takwa kepada Allah SWT, yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Mudah-mudahan dari waktu ke waktu takwallah kita akan kian meningkat, amin ya rabbal alamin.

Hadirin yang Berbahagia

Sebagaimana riwayat yang sudah masyhur di kalangan umat Islam, pada saat masa awal Rasulullah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW melihat orang-orang Yahudi tengah melaksanakan puasa Asyura. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas.

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Bahasa Jawa NU yang Menyentuh Hati: Nderek Tindak Lampahe Kanjeng Nabi

Bahwa pada saat Nabi SAW datang ke Madinah, kemudian melihat orang Yahudi sedang menunaikan puasa hari Asyura, maka Nabi bertanya: Sedang puasa apa ini? Orang-orang di sekitar Nabi itu pun menjawab: Hari ini adalah hari baik. Yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bari Israil dari musuh mereka (Fir’aun dan bala tentaranya). Dengan begitu Nabi Musa berpuasa atas hari itu. Kata Nabi: Kalau begitu, saya sebenarnya lebih berhak meniru Nabi Musa daripada kalian semua. Mulai saat itu, Nabi berpuasa dan beliau menyuruh orang-orang melaksanakan puasa. (HR Bukhari)

Hadits di atas, juga hadits-hadits lain yang mirip, membicarakan tentang puasa Asyura dalam konteks Rasulullah SAW sebelum mendapatkan wahyu untuk puasa Ramadhan. Namun, setelah turun wahyu puasa Ramadhan, Nabi memberikan kebebasan kepada para sahabat, pada hari Asyura tersebut mau puasa ataupun tidak. Bebas memilih.

Yang menjadi pokok pembahasan kali ini adalah kaitan eratnya dengan Bani Israil dan Nabi Musa. Yang perlu diketahui bahwa Bani Israil yang diceritakan dalam Al-Qur’an bukan Israel sebagai sebuah negara yang sekarang tengah konflik dengan Palestina. Ketika ada penyebutan Bani Israil dalam Al-Qur’an, maka yang dimaksud adalah keturunan Nabi Ya’qub bin Ishaq ‘Alaihimas Salam.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat NU Lengkap dengan Doa: Memaknai Kemerdekaan Indonesia Edisi Jumat 19 Agustus 2022

Bani Israil inilah yang disebut sebagai kaum Nabi Musa yang diselamatkan dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Sedangkan Musa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah Musa, seorang nabi yang menjadi saudara laki-laki Nabi Harun yang masing-masing adalah sama-sama dimusuhi Fir’aun.

Ada nama Musa lain selain Nabi Musa saat itu, yaitu Musa as-Samiriy yang mengajak orang-orang menyembah anak sapi. Terselamtkannya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun merupakan satu hal yang sangat heroik atas karunia Allah Subhanahu Wa Taala yang sampai-sampai, dalam rangka mensyukuri nikmat itu, kita hingga sekarang masih disunahkan puasa tanggal 10 bulan Muharram atau dikenal sebagai puasa hari Asyura.

Mengapa begitu heroik? Karena pada saat Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendakwahi Fir’aun, berakhir dengan perlawanan sengit dari kubu Fir’aun sampai Nabi Musa lari bersama umatnya yang beriman. Fir’aun pun mengejar sampai Nabi Musa tiba di tepi pantai. Ia sudah tidak punya pilihan. Mau mau ke depan, sudah ada lautan di depan mata. Mau mundur, Fir’aun dan pasukannya mengejar dari belakang yang apabila putar balik berarti bunuh diri.

Pada saat inilah, tawakkal Nabi Musa berada di puncak tawakkal. Pada akhirnya Allah memerintahkan Musa memukulkan tongkatnya. Tongkat yang dibawa Musa adalah tongkat yang biasa membantunya dalam perjalanan. Tongkat yang ia pegang juga biasa ia buat untuk mengembala kambing. Artinya tongkat ini bukan tongkat istimewa.

Baca Juga: Contoh Khutbah Jumat Singkat Tema HUT Kemerdekaan RI Ke-77: Memunculkan Makna Penting Nilai Kepribadian Bangsa

Lalu bagaimana tongkatnya bisa membelah lautan? Karena Allah yang memerintahkan. Tongkat yang semula tidak hebat, bisa berubah menjadi hebat. Lautan, yang secara normal jika dilewati tanpa menggunakan kendaraan khusus, akan tenggelam. Namun Allah berkehendak lain.

Ketika tongkat yang biasa dibuat mengembala kambing milik Musa dipukulkan ke laut, laut pun menjadi terbelah. Bisa dilewati Musa dan Bani Israil. Dan anehnya, saat Fir’au dan pasukannya ingin menyusul melewati lautan itu, ketika di tengah-tengah, Allah berubah menenggelamkan mereka sedangkan Musa dan kaumnya semuanya selamat.

Hadirin yang Dirahmati Allah

Kekuatan tubuh Nabi Musa, selain sudah terbukti ketika ia meninju sekali saja kepada seseorang langsung wafat, juga terbukti ketika menemukan dua gadis yang sedang menggembala kambing dan kemudian menolongnya dengan cara mengangkatkan bongkahan batu yang sangat besar. Di balik bongkahan batu yang sangat besar tersebut terdapat dua belas mata air yang cukup dibuat minum 12 kelompok kambing dari 12 pengembala yang sebelumnya hanya antre untuk mendapatkan air lewat satu mata air.

Baca Juga: Khutbah Jumat NU Terbaru di Bulan Muharram Lengkap dengan Doa: Menjaga Keistiqomahan demi Masa Depan

Kekuatan Nabi Musa yang kuat seperti ini diakui oleh putri Nabi Syuaib. Dalam Al-Qur’an dikatakan:


قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ


Artinya: Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata: Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita). Sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya. (QS Al-Qashash: 26)


Pada ayat di atas, Nabi Musa disebutkan sebagai al-qawiyyul amin, orang kuat dan dapat dipercaya. Meskipun perkasa sedemikian rupa, ketika diperintah Allah untuk mendatangi dan mendakwahi Fir’aun, Nabi Musa sempat minder.


قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى


Artinya: Keduanya berkata: Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.

Baca Juga: Contoh Khutbah Jumat Paling Bagus Terbaru 2022: Singkat dan Jelas Tentang Bulan Muharram

Hadirin yang Mulia

Walaupun sempat minder, namun karena Allah sudah menyatakan akan membersamai, dan nanti ketika Nabi Musa usahanya sudah mentok, di saat tawakkalnya sudah memuncak, Allah akan turun tangan dengan caranya sendiri.

Dengan adanya kisah di atas, dapat kita ambil pelajaran. Sekuat apa pun power yang kita miliki di dunia ini, dalam urusan dakwah, terdapat kemungkinan ada kekuatan yang lebih besar yang melawan.

Jika dilihat di atas kertas, bisa jadi kita akan kalah. Namun kekuatan besar yang menghalang-halangi dakwah atau kebaikan-kebaikan kita, apabila sampai pada puncak tawakkal kepada Allah, insyaallah Allah akan memberikan pertolongan dengan cara-Nya sendiri yang terkadang dari sesuatu yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Sebagaimana atas tongkatnya, Nabi Musa tidak pernah menduga dengan tongkat tersebut, akan bisa membelah lautan. Padahal hanya dengan tongkat saja, tidak melalui kekuatan tubuh Musa, tapi atas kemauan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Lengkap dengan Doanya, Singkat: Muhasabah Diri sebagai Refleksi Keimanan


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ.


اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،


اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينْ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ

Demikian teks khutbah Jumat yang dapat disyi'ar kan pada hari Jumat terakhir bulan Muharram tentang kisah Nabi Musa.***

Editor: Arfrian Rahmanta

Sumber: NU Online Jatim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah