Teks Khutbah Jumat Terbaru di Akhir Muharram Lengkap dengan Doanya: Meneladani Ikhtiar Nabi Musa AS

- 25 Agustus 2022, 18:00 WIB
 Ilustrasi khutbah Jumat. Teks khutbah Jumat di akhir bulan Muharram, teks khutbah Jumat singkat, khutbah Jumat terbaru, khutbah Jumat NU Online.
Ilustrasi khutbah Jumat. Teks khutbah Jumat di akhir bulan Muharram, teks khutbah Jumat singkat, khutbah Jumat terbaru, khutbah Jumat NU Online. /Pexels.com/vjapratama

BERITA DIY - Berikut teks khutbah Jumat terbaru di akhir Muharram lengkap dengan doanya dengan tema meneladani ikhtiar dan kepasrahan Nabi Musa.

Sebagai umat muslim, sudah seharusnya kita berusaha dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk meraih hal yang kita inginkan.

Akan tetapi, setelah berusaha maksimal, kita juga harus bertawakal atau memasrahkan hasil akhir kepada Allah SWT.

Terlebih bila ingin menggapai ridho Allah SWT, hendaknya kita berusaha dengan sungguh-sungguh meskipun hasil dan apakah amalan kita diterima atau tidak adalah hak prerogatif Allah SWT.

Hal itu sejalan dengan kaidah Fiqih sebagai berikut:

مَنِ اجْتَهَدَ وَبَذَلَ مَا فِي وُسْعِهِ فَلاَ ضَمَانَ عَلَيْهِ وَكُتِبَ لَهُ تَمَامَ سَعْيِهِ   

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat NU Lengkap dengan Doa: Memaknai Kemerdekaan Indonesia Edisi Jumat 19 Agustus 2022

Artinya: Barangsiapa bersungguh-sungguh mengerahkan kemampuannya, maka tidak wajib mengganti dan dianggap mengerjakan amalan secara sempurna

Materi khutbah Jumat kali ini akan membahas tentang bagaimana umat Islam harus meneladani ikhtiar dan tawakal yang dicontohkan oleh Nabi Musa.

Berikut teks khutbah Jumat singkat terbaru di akhir bulan Muharram dikutip dari jatim.nu.or.id:

Khutbah I

   اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ نَبِيَّهُ مُوْسَى كَلِيْمًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ مَنِ اتَّقَى وَعَصَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُجْتَبَى
الْمُصْطَفَى

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْوَرَى، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُ الصِّدْقِ وَالْوَفَاءِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قال الله تعالى فى كتابه الكريم، وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Bahasa Jawa NU Singkat dan Penuh Makna di Hari Kemerdekaan: Pentinge Cinta Tanah Air

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Beruntung kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menghadiri salah satu kewajiban sebagai muslim dengan menjalankan shalat Jumat berjamaah. Ini adalah di antara manifestasi dari takwa kepada Allah SWT, yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Mudah-mudahan dari waktu ke waktu takwallah kita akan kian meningkat, amin ya rabbal alamin.

Hadirin yang Berbahagia

Sebagaimana riwayat yang sudah masyhur di kalangan umat Islam, pada saat masa awal Rasulullah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW melihat orang-orang Yahudi tengah melaksanakan puasa Asyura. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas.

Bahwa pada saat Nabi SAW datang ke Madinah, kemudian melihat orang Yahudi sedang menunaikan puasa hari Asyura, maka Nabi bertanya: Sedang puasa apa ini? Orang-orang di sekitar Nabi itu pun menjawab: Hari ini adalah hari baik. Yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bari Israil dari musuh mereka (Fir’aun dan bala tentaranya).

Dengan begitu Nabi Musa berpuasa atas hari itu. Kata Nabi: Kalau begitu, saya sebenarnya lebih berhak meniru Nabi Musa daripada kalian semua. Mulai saat itu, Nabi berpuasa dan beliau menyuruh orang-orang melaksanakan puasa. (HR Bukhari)

Hadits di atas, juga hadits-hadits lain yang mirip, membicarakan  tentang puasa Asyura dalam konteks Rasulullah SAW sebelum mendapatkan wahyu untuk puasa Ramadhan. Namun, setelah turun wahyu puasa Ramadhan, Nabi memberikan kebebasan kepada para sahabat, pada hari Asyura tersebut mau puasa ataupun tidak. Bebas memilih.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat Tentang Tiga Amalan Baik yang Menyentuh Hati dan Penuh Makna

Yang menjadi pokok pembahasan kali ini adalah kaitan eratnya dengan Bani Israil dan Nabi Musa. Yang perlu diketahui bahwa Bani Israil yang diceritakan dalam Al-Qur’an bukan Israel sebagai sebuah negara yang sekarang tengah konflik dengan Palestina. Ketika ada penyebutan Bani Israil dalam Al-Qur’an, maka yang dimaksud adalah keturunan Nabi Ya’qub bin Ishaq ‘Alaihimas Salam.    

Bani Israil inilah yang disebut sebagai kaum Nabi Musa yang diselamatkan dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Sedangkan Musa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah Musa, seorang nabi yang menjadi saudara laki-laki Nabi Harun yang masing-masing adalah sama-sama dimusuhi Fir’aun.

Ada nama Musa lain selain Nabi Musa saat itu, yaitu Musa as-Samiriy yang mengajak orang-orang menyembah anak sapi. Terselamtkannya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun merupakan satu hal yang sangat heroik atas karunia Allah Subhanahu Wa Taala yang sampai-sampai, dalam rangka mensyukuri nikmat itu, kita hingga sekarang masih disunahkan puasa tanggal 10 bulan Muharram atau dikenal sebagai puasa hari Asyura.

Mengapa begitu heroik? Karena pada saat Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendakwahi Fir’aun, berakhir dengan perlawanan sengit dari kubu Fir’aun sampai Nabi Musa lari bersama umatnya yang beriman.

Halaman:

Editor: Aziz Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x