Teks Khutbah Jumat Singkat dari NU Bulan Muharram, Meneladani Ikhitar dan Kepasrahan Nabi Musa

- 25 Agustus 2022, 19:50 WIB
Ilustrasi. Teks khutbah Jumat NU singkat untuk Jumat terakhir bulan Muharram, tentang kisah Nabi Musa.
Ilustrasi. Teks khutbah Jumat NU singkat untuk Jumat terakhir bulan Muharram, tentang kisah Nabi Musa. /PIXABAY/Makalu

Hadirin yang Berbahagia

Sebagaimana riwayat yang sudah masyhur di kalangan umat Islam, pada saat masa awal Rasulullah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW melihat orang-orang Yahudi tengah melaksanakan puasa Asyura. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas.

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Bahasa Jawa NU yang Menyentuh Hati: Nderek Tindak Lampahe Kanjeng Nabi

Bahwa pada saat Nabi SAW datang ke Madinah, kemudian melihat orang Yahudi sedang menunaikan puasa hari Asyura, maka Nabi bertanya: Sedang puasa apa ini? Orang-orang di sekitar Nabi itu pun menjawab: Hari ini adalah hari baik. Yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bari Israil dari musuh mereka (Fir’aun dan bala tentaranya). Dengan begitu Nabi Musa berpuasa atas hari itu. Kata Nabi: Kalau begitu, saya sebenarnya lebih berhak meniru Nabi Musa daripada kalian semua. Mulai saat itu, Nabi berpuasa dan beliau menyuruh orang-orang melaksanakan puasa. (HR Bukhari)

Hadits di atas, juga hadits-hadits lain yang mirip, membicarakan tentang puasa Asyura dalam konteks Rasulullah SAW sebelum mendapatkan wahyu untuk puasa Ramadhan. Namun, setelah turun wahyu puasa Ramadhan, Nabi memberikan kebebasan kepada para sahabat, pada hari Asyura tersebut mau puasa ataupun tidak. Bebas memilih.

Yang menjadi pokok pembahasan kali ini adalah kaitan eratnya dengan Bani Israil dan Nabi Musa. Yang perlu diketahui bahwa Bani Israil yang diceritakan dalam Al-Qur’an bukan Israel sebagai sebuah negara yang sekarang tengah konflik dengan Palestina. Ketika ada penyebutan Bani Israil dalam Al-Qur’an, maka yang dimaksud adalah keturunan Nabi Ya’qub bin Ishaq ‘Alaihimas Salam.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat NU Lengkap dengan Doa: Memaknai Kemerdekaan Indonesia Edisi Jumat 19 Agustus 2022

Bani Israil inilah yang disebut sebagai kaum Nabi Musa yang diselamatkan dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Sedangkan Musa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah Musa, seorang nabi yang menjadi saudara laki-laki Nabi Harun yang masing-masing adalah sama-sama dimusuhi Fir’aun.

Ada nama Musa lain selain Nabi Musa saat itu, yaitu Musa as-Samiriy yang mengajak orang-orang menyembah anak sapi. Terselamtkannya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun merupakan satu hal yang sangat heroik atas karunia Allah Subhanahu Wa Taala yang sampai-sampai, dalam rangka mensyukuri nikmat itu, kita hingga sekarang masih disunahkan puasa tanggal 10 bulan Muharram atau dikenal sebagai puasa hari Asyura.

Mengapa begitu heroik? Karena pada saat Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mendakwahi Fir’aun, berakhir dengan perlawanan sengit dari kubu Fir’aun sampai Nabi Musa lari bersama umatnya yang beriman. Fir’aun pun mengejar sampai Nabi Musa tiba di tepi pantai. Ia sudah tidak punya pilihan. Mau mau ke depan, sudah ada lautan di depan mata. Mau mundur, Fir’aun dan pasukannya mengejar dari belakang yang apabila putar balik berarti bunuh diri.

Halaman:

Editor: Arfrian Rahmanta

Sumber: NU Online Jatim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah