Dari tiga makna etimologi di atas menunjukkan bahwa lailatul qadar memiliki keistimewaan tersendiri, bukanlah malam yang biasa-biasa saja, yang boleh terlewatkan begitu saja.
Apa Istimewanya Lailatul Qadar?
Di dalam Al-Qur’an surah al-Qadar ayat 2-3, Allah mengajak kita untuk lebih mengenal lailatul qadar dengan bentuk ungkapan pertanyaan lalu jawabannya ditegaskan pada ayat setelahnya,
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?(2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan (3)”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan riwayat dari Mujahid bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang seseoang dari Bani Israil yang selama seribu bulan ikut berperang dan mampu berjihad di siang hari, menghidupkan malam dengan ibadah kepada Allah di malam hari hingga fajar. Dalam riwayat lainnya dari Ali bin Urwah, Rasulullah juga pernah bercerita tentang seseorang dari Bani Israil yang mampu beribadah selama 80 tahun berturut-turut, tidak pernah bermaksiat kepada Allah sedetikpun. Sahabat yang mendengar cerita ini merasa takjub, termotivasi dan iri kepada mereka yang mampu istiqomah beribadah dan taat dalam jangka waktu yang panjang.
Namun kemudian Jibril mewahyukan kepada Rasulullah SAW bahwa Umat Islam memiliki lailatul qadar yang Allah jelaskan dalam surah al-Qadar. Lalu Jibril berkata,
هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجِبْتَ أَنْتَ وَأُمَّتُكَ