Hewan yang Disembelih untuk Kurban Kelak Jadi Tunganggan di Akhirat? Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

5 Juli 2022, 09:18 WIB
Ilustrasi - Penjabaran Ustaz Adi Hidayat tentang persoalan hewan yang disembelih kurban kelak jadi tunganggan di akhirat. /Pexels/Pixabay

BERITA DIY - Simak apa yang dipaparkan Ustadz Adi Hidayat berikut ini mengenai hewan yang disembelih untuk kurban kelak jadi tunganggan di akhirat.

Masuk bulan Dzulhijjah ini, umat muslim akan merayakan hari raya besar Idul Adha atau kurban.

Umumnya di tanah air, hewan-hewan yang dikurbankan biasanya seperti kambing atau sapi sehat yang memenuhi syarat hewan kurban.

Baca Juga: Hukum Melaksanakan Puasa Arafah di Bulan Dzulhijjah Sebelum Idul Adha: Simak Niat dan Tanggal Dilaksanakan

Sampai muncul sebuah pemahaman jika hewan yang disembelih untuk kurban itu kelak akan menjadi tunggangan atau kendaraan di akhirat. Namun apakah benar demikian?

Dikutip Berita DIY dari cuplikan dakwah di saluran YouTube Adi Hidayat Official yang diunggah 6 Juli 2021, berikut ini penjelasan Ustadz Adi Hidayat terkait persoalan tersebut.

Dalam mengupas persoalan ini, Ustadz Adi Hidayat mengawali dengan mengingatkan sebuah riwayat yang menjadi latar belakang.

“Gemukkanlah atau baguskanlah hewan-hewan sembelihan kalian karena sesungguhnya hewan-hewan kurban itu akan datang di akhirat nanti menjadi kendaraan kalian melewati sirath.”

Baca Juga: Apa Bedanya Kurban Nadzar dengan Kurban Sunnah? Begini Penjelasan Buya Yahya

Terdapat beberapa riwayat lainnya yang memiliki kandungan serupa yang menjelaskan mengenai hewan kurban menjadi tunganggan, namun dengan perbendaharaan kata berbeda.

Dari situ, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwasa seluruh riwayat-riwayat yang ada itu dinilai lemah menurut para ulama pakar di bidang ahli hadis.

Bahkan tak dipungkiri sejumlah riwayat tersebut memiliki asal-usul yang tidak jelas dan lemah sehingga dapat diklasifikasikan dalam hadis palsu.

Kendati tergolong hadis lemah, para ulama melihat ada suatu hal baik dari hadis yang dipersoalkan tersebut.

“Boleh jadi, perkataan-perkataan ini sesungguhnya bukan ingin menunjukkan maksud denotasi atau wujud asli sebagai kendaraan, melainkan sebuah majas,” tutur Ustadz Adi Hidayat.

Baca Juga: Tata Cara Penyembelihan Hewan Kurban yang Halal Sesuai Syariat Islam: Hewan, Alat, dan Orang yang Menyembelih

Cukup logis lantaran dalam Bahasa Arab umum digunakan ungkapan-ungkapan yang menggambarkan makna kiasan.

Maksud majas dari riwayat ini adalah semakin seseorang mencari atau memberikan hewan kurban yang gemuk, sehat, terawat maka pahala yang didapatkan semakin besar.

Ganjaran pahala dari hewan kurban yang disembelih ini yang mungkin kelak di akhirat akan memudahkan seseorang melewati jembatan sirath.

Hal ini juga seperti kejadian yang menimpa dua anak Nabi Adam AS, Qabil dan Habil yang mendapat perintah untuk berkurban.

Baca Juga: Cara Mengganti Hutang Puasa Tahun Lalu, dan Apa Boleh Digabung dengan Puasa Sunnah Dzulhijjah?

Di mana kurban dari Habil diterima Allah SWU karena memberikan hewan terbaik dari hasil ternaknya.

Sementara itu, kurban Qabil tidak diterima lantaran tidak memberikan kurban terbaik dari hasil pertaniannya.

Kisah Habil dan Qabil bisa diambil initisarinya bahwa sesungguhnya Allah SWT menyukai hamba-hamba yang berani memberikan hasil terbaik untuk dikurbankan.

Demikian penjabaran Ustadz Adi Hidayat mengenai hewan yang dikurbankan kelak akan menjadi tunganggan di akhirat.*** 

Editor: F Akbar

Tags

Terkini

Terpopuler