Profil KH Hasyim Asy’ari, Pahlawan Pendiri NU yang Namanya Hilang di Kamus Sejarah Indonesia

21 April 2021, 13:13 WIB
Profil K.H Hasjim Asy’ari, Pahlawan Pendiri NU yang Namanya Hilang di Kamus Sejarah Indonesia /Instagram/@nahdlatululama

BERITA DIY – Berikut profil K.H Hasyim Asyari, pahlawan pendiri NU yang namanya hilang di kamus sejarah indonesia.

Kiai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari atau yang sering kita sebut K.H Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal 14 Febuari 1871 di Kabupaten Jombang, jawa Timur, serta meninggal dunia pada tanggal 21 Juli 1947.

KH Hasyim Asy’ari meninggal pada umur 76 tahun dan disemayamkan di Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Indosiar Rabu 21 April 2021: LIDA 2021 Top 42 akan Menemani Santai Anda di Malam Hari

K.H Hasyim Asy’ari merupakan salah satu Pahlawan Nasional serta pendiri dari Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.

Didalam kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

 

 

Baca Juga: Tak Hanya Elsa, Sosok Perempuan Baik Ini Juga Bakal Patah Hati? Bocoran Ikatan Cinta Malam Ini 21 April 2021

Salah seorang putranya, Wahid Hasyim adalah salah satu perumus Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Menteri Agama, sedangkan cucunya, Abdurrahman Wahid, menjadi Presiden Indonesia.

K.H Hasyim Asy’ari mempelajari dasar-dasar ilmu agama Islam dari ayah dan kakeknya.

Sejak umur 15 tahun, Dirinya belajar menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalanpanji di Sidoarjo.

Baca Juga: Profil Tisya Erni, Perempuan yang Digosipkan Dekat dengan Sule Suami Nathalie Holscher

Pada tahun 1892, K.H. Hasyim Asy’ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Saat di Makkah K.H. Hasyim Asy'ari belajar di bawah bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah.

K.H Hasyim Asy’ari mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, di mana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini.

Baca Juga: Biadab! Riki Tipu 2 Orang Ini Lagi, Elsa Kena Karma karena Andin? Sinopsis Ikatan Cinta Hari Ini 21 April 2021

Selain belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.

K.H. Hasyim Asy’ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, K.H. Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.

Baca Juga: Ramai Soal Isu Reshuffle Kabinet, Nadiem Makarim Mendadak Temui Megawati Soekarnoputri

Sedangkan pada tahun 1926, K.H Hasyim Asy’ari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.

Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah adalah ulama dalam bidang tafsir Al-Qur'an, sunnah Rasul, dan fiqh yang tunduk pada tradisi Rasul dan Khulafaur Rasyidin.

Baca Juga: Demi Syuting Thor 4, Christian Bale Rela Gunduli Rambutnya, Ternyata Ini Dia Karakternya di Film

Doktrin ini diterapkan dalam NU yang menyatakan sebagai pengikut, penjaga dan penyebar faham Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah.

K.H Hasyim Asy’ari banyak membuat tulisan dan catatan-catatan dari pemikiran nya sendiri, berikut tulisan dan catatan yang dikutip oleh Berita DIY dari berbagai sumber, antara lain:

  • Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah).
  • Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW).
  • Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar).

Baca Juga: Syarat Dapat Bansos Tunai Rp 300 Ribu dan Cek Penerima BST April 2021 di dtks.kemensos.go.id pakai KIS

  • Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan)[12]
  • Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Dari kitab ini para pembaca akan mendapat gambaran bagaimana pemikiran dasar dia tentang NU. Di dalamnya terdapat ayat dan hadits serta pesan penting yang menjadi landasan awal pendirian jam’iyah NU. Boleh dikata, kitab ini menjadi “bacaan wajib” bagi para pegiat NU.
  • Risalah fi Ta’kid al-Akhdzi bi Mazhab al-A’immah al-Arba’ah. Mengikuti manhaj para imam empat yakni Imam Syafii, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal, tentunya memiliki makna khusus sehingga akhirnya mengikuti jejak pendapat imam empat tersebut dapat ditemukan jawabannya dalam kitab ini.

Baca Juga: Kabar Duka dari Dunia Sepak Bola, Mantan Kiper Timnas Indonesia Listiyanto Rahardjo Meninggal Dunia

  • Adalah kitab yang bisa menjadi solusi cerdas bagi para pegiat di masyarakat. Saat Kongres NU XI tahun 1935 di Bandung, kitab ini pernah diterbitkan secara massal. Demikian juga Prof Buya Hamka harus menterjemah kitab ini untuk diterbitkan di majalah Panji Masyarakat, edisi 15 Agustus 1959.
  • Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Hidup ini tak akan lepas dari rintangan dan tantangan. Hanya pribadi yang tangguh serta memiliki sosok yang kukuh dalam memegang prinsiplah yang akan lulus sebagai pememang. Kitab ini berisikan 40 hadits pilihan yang seharusnya menjadi pedoman bagi warga NU.
  • Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yushna’ al-Maulid bi al-Munkarat. Kitab ini menyajikan beberapa hal yang harus diperhatikan saat memperingati maulidur rasul.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Rabu 21 April 2021: Ada Serial Kartun Pilihan dan Ramadan In The Kost

Itulah profil K.H Hasyim Asyari, pahlawan pendiri NU yang namanya hilang di kamus sejarah indonesia. Semoga bermanfaat.***

Editor: Iman Fakhrudin

Tags

Terkini

Terpopuler