Tabiat Moeldoko Dibongkar, Politisi Ini Bandingkan AHY dengan Jenderal Lain di Masa Peralihan Orde Baru

9 Maret 2021, 13:24 WIB
SBY menanggapi pemilihan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.* /Twitter.com/@SBYudhoyono

BERITA DIY - Politisi senior partai Demokrat, Andi Arief membeberkan sejumlah sikap para pensiunan jenderal pada masa peralihan orde baru ke orde reformasi atau demokrasi.

Andi Arief juga membandingkan Kepala staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko dengan sejumlah jenderal lain seperti Edy Sudrajat, Sutiyoso, Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Haris Sudarno, Luhut Binsar Pandjaitan, hingga Hendropriyono.

Menurut Andi Arief, para jenderal seperti Edy Sudrajat hingga Hendropriyono pernah menjadi saksi peralihan masa diktator orde baru (orba) ke era demokrasi dengan membangun partai.

Baca Juga: Kemenko Polhukam Klaim Sampai Maret 2021 Telah Terjadi 173 Kasus Kebakaran Hutan di Tanah Air

Baca Juga: Borok KLB Demokrat Abal-abal Dibongkar AHY, Andi Arief: Moeldoko Cs Nasibmu Tinggal Seminggu Lagi

Menurutnya, ideologisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sarat akan nasionalis membawa sejumlah jenderal itu untuk keluar dari jalur dengan kekuatan Partai Golkar.

Mereka membangun partai sendiri dengan harapan akan membawa Indonesia ke masa depan yang lebih baik.

"1. Edy Sudrajat, Sutiyoso, Wiranto, SBY, Pak Haris Sudarno, Luhut dan Hendropriyono menjadi saksi para jenderal rasakan peralihan masa diktator Orba ke Demokrasi dg bangun partai saat era multi partai jadi pilihan. itulah jalan mereka percaya dan adaptip," tulis Andi Arief dikutip Berita DIY dari akun twitternya, @AndiArief_ID 7 Maret 2021.

"2. Ideologisasi TNI yqng dominan nasionalis dan keinginan kuat keluar dari kanalisasi wqdah Jalur A yang menopang kekuatan Golkar 32 th dorong lahirnya partai yg dibangun sendiri. Di antara para jenderal ini miliki pemahaman dan kesimpulan berbeda tentang masa depan Indonesia." tambahnya.

Baca Juga: Cek Pengumuman Kartu Prakerja Gelombang 13 di www.prakerja.go.id atau Pesan SMS

Baca Juga: Profil WR Supratman, Pahlawan Nasional yang Jadi Cikal Bakal Hari Musik Nasional

"3. TNI selalu berada dalam posisi yang tepat bersama rakyat. Hilangnya doktrin dwi fungsi ABRI dan tuntutan Tentara melindungi masyarakat dan menjaga negara mengubah wajah TNI drastis. Tuntutan TNI tak berpolitik diikuti dg lahirnya figur TNI yg popularitas tak sekuat era Orba." Andi menjelaskan.

Setelah peralihan masa jenderal-jenderal itu, kini ada dua tokoh militer yang mempunyai popularitas tinggi di Indonesia. Mereka adalah Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"4. Itu takdir sejarah yq tepat. 15 tahun terakhir lahir dua generasi berbeda jalan, populisme Jend Gatot Nurmantyo dan tak terduga lahir dari pangkat mayor AHY. Jendral Gatot bahkan jadi figur populisme yg percaya people power seperti di latin Amerika" tambah Andi Arief.

Baca Juga: Cek Pengumuman Kartu Prakerja Gelombang 13 di www.prakerja.go.id atau Pesan SMS

Baca Juga: Duduki Posisi Tranding Twitter, Suga BTS Banjir Ucapan Ulang Tahun dari Army

Tidak hanya itu, Andi Arief lantas membandingkan mereka dengan Moeldoko. Moeldoko yang juga jenderal TNI, menurutnya, tidak terlalu tertarik dengan ideologisasi di TNI.

"5. Bagaimana Pak Moeldoko? Beliau figur TNI yang tidak begitu tertarik dg ideologisasi dalam TNI. Posisinya selalu beruntung dalam TNI dan KSP, membuat beruntung dalam penumpukan kapital karena membangun koneksi dengan dunia bisnis cukup baik." tambahan cuitan @AndiArief_ID.

Menurutnya, Moeldoko mempunyai hasrat untuk berkuasa, namun dengan pendekatan yang berbeda.

Baca Juga: Young Lex Trending di Twitter, Video Klipnya Banjir Hujatan dari Netizen

Baca Juga: Profil Lengkap Kaesang Pangarep Putra Presiden RI Joko Widodo: Pengusaha Sekaligus Yuotuber

"6. Posisinya sebagai pernah panglima dan KSP yg dekat dengan kekuasaan pastilah terbangun hasrat berkuasa. Namun kedekatan dengan dunia kapital melahirkan paradigma bahwa kendaraan dan jalan politik bisa didapat dengan traksaksional dan senyap meski sempat ketauan." tambahnya.

"7. Tak heran kalau take over partai demokrat dan isu tak sedap membeli pemilik suara Demokrat hitung2annya transaksional gunakan struktur pengaruh karena mantan anak buahnya cukup banyak. Bukan Marzuki Ali, joni Alen apalagi Darmijal pintu masuk upaya take over demokrat." pungkasnya.***

 

Editor: Iman Fakhrudin

Tags

Terkini

Terpopuler