Tugas Nabi Ibrahim makin berat ketika kesesatan tersebut ditopang kekuasaan zalim Raja Namrud. Ia mesti mengatasi dua persoalan sekaligus, yakni membebaskan umat dari berhala sekaligus memerdekakan mereka dari tiran yang merusak Namrud. Allah menolong Nabi Ibrahim, termasuk ketika beliau dibakar oleh rezim sewenang-wenang tersebut.
Perjuangan yang mirip juga dialami oleh Nabi Musa. Bahkan, Nabi Musa tidak hanya menghadapi orang yang menyembah selain Allah, melainkan raja yang mengaku sebagai tuhan itu sendiri. Fir'aun dengan segenap kesombonganya mendaku diri sebagai tuhan dan berupaya melenyapkan semua orang yang menentangnya. Umat Nabi Musa pun berada dalam penindasan yang parah, baik secara jasmani maupun rohani. Nabi Musa hadir untuk menaklukkan penindasan ini dan mengajak umat untuk kembali ke jalan Allah secara merdeka.
Jamaah Jumat Hafidhakumullâh
Apa yang dialami Rasulullah Muhammad SAW sesungguhnya juga tak jauh dari jejak para nabi pendahulunya. Seruan masuk Islam Nabi Muhammad bersamaan dengan kebejatan moral yang akut di tanah Arab, fanatisme suku-suku hingga sering terjadi peperangan, paganisme, penghinaan atas martabat kaum perempuan, dan lain sebagainya.
Risalah baginda Nabi Muhammad SAW hadir untuk memerdekakan umat yang sedang dalam kegelapan tersebut menuju jalan cahaya yang diridhai Allah atau minadh dhulumâti ilân nûr. Melalui ajaran tauhid, Nabi Muhammad menghapus semua klaim paling mulia dan berkuasa selain Allah SWT. Beliau membawa kepada arah masyarakat yang setara, dan mengingatkan bahwa kemuliaan diukur dengan tingkat ketakwaan atau inna akramakum 'inda-Llâhi atqâkum, bukan dengan hirarki perbedaan suku, strata ekonomi, jenis kelamin, atau identitas sosial lainnya.
Dengan fakta ini, tak berlebihan jika kita menyebut perjuangan Rasulullah Muhammad SAW sebagai perjuangan kemerdekaan yang luar biasa. Sebuah ikhtiar sungguh-sungguh membebaskan masyarakat dari dan kemerosotan moral dan sistem masyarakat yang menindas saat itu. Revolusi yang dilakukan Nabi mencakup aspek spiritual dan material sehingga menciptakan peradaban yang lebih manusiawi. Rasulullah bukan cuma mengajak manusia untuk hanya tunduk dan menghamba kepada Allah, tapi juga melaksanakan konsekuensi dari ajaran tauhid ini, yakni bersikap kepada seluruh makhluk Allah--termasuk manusia--dengan penuh kasih sayang.
Sikap ini selaras dengan misi utama diutusnya baginda Nabi Muhammad SAW:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: Dan tiadalah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya’: 107)
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat NU di Bulan Dzulhijjah Edisi Jelang Idul Adha 2023 Terbaru Penuh Hikmah