Dalam sidang, peserta mempertimbangkan data hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan langsung) mengenai posisi hilal.
Jika hilal terlihat, hari berikutnya akan ditetapkan sebagai 1 Syawal dan umat Islam akan merayakan Idul Fitri. Namun, jika hilal belum terlihat, bulan Ramadhan akan diperpanjang satu hari lagi sebelum perayaan Idul Fitri.
Hasil sidang isbat diumumkan oleh pemerintah dan menjadi patokan bagi umat Islam di Indonesia untuk merayakan Lebaran atau Idul Fitri.
Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menyatakan bahwa pemerintah dan NU kemungkinan akan merayakan Idul Fitri pada 22 April.
Sedangkan Muhammadiyah akan menggelar Idul Fitri pada 21 April 2023. Keputusan ini sejalan dengan hisab awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H yang diterapkan oleh Majelis Tarjih dan Jadid Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah.
Syamsul Anwar, Ketua bidang Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, mengatakan bahwa penetapan ini didasarkan pada posisi, bukan pada penampakan bulan.