Sementara itu, Hari Raya Kuningan sering juga disebut sebagai Tumpek Kuningan. Kuning yang berada pada kata Kuningan memiliki arti sebagai warna kuning serta wuku keduabelas.
Perlu diketahui, wuku sendiri adalah kalender Bali yang perhitungannya yaitu satu wuku adalah tujuh hari dan satu tahun dalam kalender wuku adalah 420 hari. Oleh karena itu, Hari raya Galungan dan Kuningan akan dirayakan sebanyak dua kali dalam satu tahun kalender Masehi dengan jarak sepuluh hari.
Makna Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan memiliki makna kemenangan Dharma (kebaikan) melawan aDharma (keburukan). Pada perayaan tersebut setiap penganutnya akan menghaturkan puja puji sebagai bentuk syukur kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan YME).
Perayaan Hari Galungan disebut sebagai penyatuan kekuatan rohani agar dapat berpikir dan memiliki pendirian yang terang. Rohani dan pikiran yang terang ini merupakan wujud dharma yang ada dalam diri. Sementara itu, aDharma adalah representasi dari segala bentuk kekacauan pikiran. Oleh karena itu, hakikat Galungan adalah merayakan kemenangan.
Upacara Galungan sendiri memiliki arti Pawedalan Jagat atau Oton Gumi. Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan bahwa pada hari itu umat Hindu di Bali akan menghaturkan rasa syukurnya atas karunia Ida Sanghyang Widhi Wasa yang telah menciptakan dunia dan segala isinya.
Makna Hari Raya Kuningan
Pada Hari Raya Kuningan umat akan melakukan pemujaan kepada para Dewa untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan, dan tuntunan lahir bathin. Umat Hindu meyakini bahwa pada Hari Raya Kuningan para Dewa dan Bhatara diiringi oleh para Pitara turun ke bumi sampai tengah hari.