امْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
Artinya: Melaksanakan segala perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Lahir maupun batin.
Dengan demikian kalangan bertakwa adalah tetap konsisten kala dilihat maupun tidak dilihat orang. Dipuji maupun tidak dipuji pihak manapun. Kita tetap melaksanakan apa yang diwajibkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Wasiat ini bukanlah sekadar wasiat rutin yang disampaikan para khatib di mimbar Jumat. Namun menurut Imam al-Haddad dalam kitab An-Nashaih ad-Diniyyah, wasiat takwa adalah:
وَصِيَّةُ اللهُ رَبُّ الْعَالمَين لِلأَوَّلِيْنَ وَالأخِرِيْن وَالسَّابِقِيْنَ وَاللَّاحِقِيْنَ
Artinya: Wasiat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan semesta alam bagi orang-orang dahulu, sekarang maupun yang akan datang.
Semoga Allah Ta’al a menerima ketakwaan kita baik yang wajib maupun yang sunah. Amin ya rabbal alamin.
Jamaah Jumat yang Berbahagia
Dalam buku berjudul Cahaya karya Al-Imam al-Habib Abu Bakar bin Hasan al-Athas Azzabidi, disebutkan pernah terjadi dialog antara Allah Ta’ala dengan Nabiyullah Dawud Alaihissalam. Nabi Dawud bertanya kepada Allah Ta’ala: Ya Allah, nikmat apakah yang kecil di sisi-Mu?. Allah menjawab: Napas yang kamu hirup sehari-hari adalah nikmat yang kecil di sisi-Ku.
Bayangkan, napas yang kita hirup sehari-hari, yang menjadi oksigen bagi kita, bagi Allah ta’ala adalah nikmat terkecil. Lalu nikmat apakah yang paling terbesar di sisi-Mu? Tanya Nabi Daud lagi. Diciptakannya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, jawab Allah ta’ala.