BERITA DIY - Saat ini banyak yang cari sejarah Rebo Wekasan, hadits Rebo Wekasan, doa Rebo Wekasan, apa itu Rebo Wekasan, doa Rebo Wekasan beserta artinya dan keutamaan Rebo Wekasan.
Ketahui apa itu Rebo Wekasan di bulan Safar. Mulai dari sejarah, asal usul berasal dari daerah mana, doa Rebo Wekasan, keutamaan Rebo Wekasan dan wafak Rebo Wekasan.
Rebo Wekasan sendiri memiliki arti Rabu terakhir di bulan Safar. Safar sendiri dikenal sebagai bulan kedua dalam kalender Hijriah.
Adapun tradisi Rebo Wekasan bermula dari kepercayaan Islam dahulu kala yang menganggap bulan Safar sebagai bulan pembawa sial.
Baca Juga: Bacaan Doa Lidaf'il Bala dan Artinya, Simak Hukum Amalan Menurut Islam dan Waktu Sholat Rebo Wekasan
Dilansir MUI, anggapan Safar bisa mendatangkan kesialan muncul pada masyarakat Arab jahiliyyah. Namun tradisi ini masih dilanjutkan hingga kini.
Tujuan dari Rebo Wekasan adalah supaya Allah SWT menjauhkan diri dari segala penyakit dan malapetaka yang dipercaya diturunkan ketika hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Asal-usul tradisi Rebo Wekasan ini bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid, atau biasa disebut: Mujarrobat ad-Dairobi.
Sesungguhnya dalam setiap tahun diturunkan 320.000 bencana atau bala dan semuanya diturunkan pada hari Rabu akhir dari bulan Shafar, maka hari itu merupakan hari yang paling berat dalam setahun.
Tradisi Rabu Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lain-lain.
Bentuk ritual Rebo Wekasan yakni salat tolak bala atau lidaf'il balaa, berdoa dengan doa khusus, hingga selamatan.
Di beberapa kalangan NU, salat sunnah lidaf'il balaa ini mulai mengalami perubahan dengan disarankan tidak lagi diniatkan untuk memperingati Rebo wekasan, namun sebagai salat sunah sebagaimana salat lainnya saja.
Dikutip dari buku Amalan Shalat Rebo Wekasan: Amalan Versi Blokagung, U. N. Mahali, (2019:14), berikut doa dan amalan yang dapat dilakukan pada Rebo Wekasan bulan Safar:
“Bismilaahir rahmaanir rahiim. Wa shallallaahu alaa sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam. Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa aziiza dzallat Li’izzatika jamii’u khalqika ikfinii min jamii’I khalqika yaa muhsinu yaa mujammilu yaa mutafadh-dhilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yawma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumul-laahu wa huwas-samii’ul ‘aliim. Wa hasbunallaahu wa ni’mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wasallam.”
Pada bulan Safar, Rebo Wakasan, yakni hari di mana Rasulullah SAW. mulai jatuh sakit selama 12 hari sebelum akhirnya meninggal pada Senin Maulid, selalu diperingati oleh seluruh umat Muslim. Atas dasar itu beredar untuk dilarang menikah.
Umat Islam meyakini bahwa bulan Safar sama seperti bulan-bulan lain sehingga diharapkan untuk selalu melakukan ibadah dan amalan saleh yang dicintai oleh Allah SWT. Ini akan memperkuat keimanan karena tidak mempercayai bulan Safar merupakan bulan sial karena segala sesuatu hanya terjadi atas izin Allah SWT.
Demikian penjelasan apa itu Rebo Wekasan di bulan Safar. Mulai dari sejarah, asal usul berasal dari daerah mana, doa Rebo Wekasan, keutamaan Rebo Wekasan dan wafak Rebo Wekasan.