Network
Nederlands Padvinders Vereeniging (NPV) tahaun 1912 di Jakarta menjadi awal mula bangsa Indonesia mengetahui apa itu Pramuka.
Kemudian, NPV berubah nama menjadi Indische Padvinders-Vereeniging (IPV) pada tahun 4 September 1917 dan menjadi bagian dari Nederlands Padvinders Organisatie (NPO), yang berpusat di Belanda.
Dilansir dari buku 'Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan' (2013) karya Indra Widjaja, pada tahun 1916, gerakan kepanduan oleh pribumi pertama didirikan oleh Pangeran A.A. Mangkunegara VII.
Nama gerakan kepanduan inisiasi Mangkunegara VII bernama Javaansche Padvinders Organisatie (JPO).
Lahirnya JPO jadi penyemangat adanya gerakan kepanduan di berbagai organisasi dan daerah seperti JJP (jong java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamftsche Padvinderzj), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvindery), dan Padvinders Muhammadiyah yang kemudian menjadi nama Hizbul Wathan atau HW.
Baca Juga: Hari Pramuka 2022 Diperingati pada Tanggal Berapa? Ini Sejarah dan Tema Logo Hari Pramuka Ke-61
Pada prosesnya, Pemerintah Hindia Belanda melarang penggunaan istilah 'Padvinders' oleh pribumi. Lalu, KH Agus Salim mencetuskan ide untuk mengganti Padvenders dengan nama pandu atau kepanduan.
Setelah Sumpah Pemuda 1928 yang diinisiasi oleh gerakan kepanduan, tahun 1931 terbentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia), yang pada tahun 1938 berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia).
Pada masa penjajahan Jepang, organisasi gerakan kepanduan dilarang. Setelah kemerdekaan Indonesia, perwakilah seluruh gerakan kepanduan berkumpul di Solo untuk memulai kongres tanggal 28 Desember 1945.
Dari hasil kongres tersebut terbentuklah Pandu Rakyat Indonesia. PRI menjadi satu-satunya organisasi kepanduan Indonesia dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Nomor 93/Bhg.A, tanggal 1 Februari 1947.
