Allahu Akbar 5x
Hadirin jama’ah Shalat Idu Adha rahimakumullah
Kata qurban yang mana pengertiannya adalah penyerahan sesuatu yang terbaik untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah, dipakai oleh para pendahulu kita, para ulama yang mendahului kita sebagai kata dasar untuk kata pengorbanan, berkorban dst. Dengan ini, para ulama Nusantara seakan ingin menyampaikan pesan kepada kita semua, bahwa segala sesuatu yang kita berikan baik pikiran, tenaga, waktu, perasaan, dan harta masuk dalam kategori pengorbanan, jika ditujukan untuk mendekat kepada Allah SWT. Pada kata berkurban dan pengorbanan ini, kita diajarkan untuk selalu memberi sumbang sih terbaik kepada bangsa, negara, agama, masyarakat, umat, keluarga, teman, bahkan diri kita sendiri, karena hal ini merupakan konsekuensi kita dekat dengan Allah, konsekuensi kita selalu dilihat Allah, dan konsekuensi kita sebagai hamba Allah yang diberi amanah sebagai khalifah di muka bumi Allah ini.
Maka, jika jiwa qurban ini dipahami dengan betul, dan kemudian menjadi mentalitas bangsa Indonesia, maka Indonesia akan sejahtera dan mensejahterakan. Jika pemimpin negeri ini, eksekutif, legislatif, pengusaha, dan rakyatnya hanya berfikir apa yang bisa saya beri, maka tidak akan ada defisit anggaran negara, maka tidak ada negara harus pontang panting hutang sana dan hutang sini. Namun sayagnya, mentalitas kita saat ini adalah bukan saya bisa berkorban apa, bukan saya bisa memberi yang terbaik apa; namun yang terjadi adalah apa yang bisa saya ambil, sebanyak apa yang bisa ambil. Karena ini, maka jika menjadi pemimpin yang dipikir proyek apa yang bisa saya ambil, birokrasi pemerintahan juga berpikir saya dapat apa dari proyek ini, pengusahapun berpikir saya bisa ngakali apa supaya tidak perlu bayar pajak, rakyatpun berpikir bisa mengambil apa dari negeri ini. Jika mentalnya adalah apa yang bisa saya ambil, maka selamanya negara ini tidak dapat keluar dari kekuarangan kekuangan, keluar dari himpitan hutang.
Mari, dengan momentum hari raya qurban ini, kita semua berfikir give, give, give and give atau beri, beri, beri, dan beri dan pasrahkan balasannya kepada Allah SWT; sebagaiman Qabil, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan sayyidah Hajar pada kisah di atas, maka kita akan menjadi orang paling kaya, paling bahagia, tidak ada keluh kesah dalam kehidupan.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى.جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ عباده المتقين وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِروهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua
الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر/ الله أكبر.