Rasululah SAW mengisi sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan ini dengan lebih semangat dari hari-hari lainnya, kendati beliau terlah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu hingga yang akan datang.
Hal tersebut disampaikan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadist,
“Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” [HR. Muslim, no. 1175].
Adapun hadist lain yang diriwayatkan oleh Bukhari, no.2024 dan Muslim, no.1174, bahwa
"Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.”
Lailatul qadar itu sendiri memiliki arti yang istimewa. Di antara makna al-qadar adalah sempit. Seperti firman Allah Ta’ala,
Nikmat yang diberikan Allah untuk kita adalah kita masih diberi kesempatan untuk sampai pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Begitu banyak keutamaan yang di di sepuluh terakhir Ramadhan, salah satunya adalah malam Lailatul Qadar.
Pada malam Lailatul Qadar dianggap sebagai malam yang sempit karena banyaknya jumlah malaikat yang turun ke bumi pada malam tersebut. Salah satu malaikat yang paling utama yaitu Malaikat Jibril AS.