Dalam Nyepi umat Hindu, tidak hanya merenung persoalan diri tetapi mendekatkan diri kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk menyucikan Bhuana Alit (manusia) dan Bhuana Agung (Alam dan se-isinya).
Untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengevaluasi diri, dilakukan dengan cara Catur Brata Penyepian, yakni dengan melakukan meditasi serta shamadi dalam keheningan.
Sejarah Hari Raya Nyepi
Bagi umat Hindu, Hari Raya Nyepi diyakini sebagai awal, bahkan dianggap sebagai Tahun Pembaharu, yakni membangun jalinan kerukunan kepada manusia dan lingkungan.
Dalam buku 'Nyepi: Kebangkitan, Toleransi, dan Kerukunan' karya Nyoman S Pendit yang terbit tahun 2001 disebutkan bahwa sejarah Hari Raya Nyepi berasal dari pertikaian antar bangsa.
Seperti Negara awal lahirnya agama Hindu pada awal Masehi banyak mengalami konflik antar suku. Mereka merebut kekuasaan hingga membuat silih berganti pemimpin sesuai suku mana yang menang, seperti Suku Saka, Suku Malawa, Suku Yuwana, atau Suku Pahlawa.
Baca Juga: Daftar Fasilitas Umum yang Ditutup Saat Hari Raya Nyepi 2022 Tahun Baru Saka 1944 di Bali
Perseteruan yang terjadi berakhir ketika dipimpin dari suku Saka, Raja Kaiskha 1, yang berhasil mendamaikan antar suku tanpa pertempuran.
Keberhasilan Raja Kaiskha ini kemudian membuat masyarakat sangat menghormati sang raja. Untuk mengenang keagungan Raja Kaiskha kemudian I, kerajaan di India menggunakan kalender dari Suku Saka.