Biografi R A Kartini: Pahlawan Indonesia yang Menginspirasi Emansipasi Perempuan

20 April 2021, 11:00 WIB
Ilustrasi RA Kartini. Biografi R A Kartini: Pahlawan Indonesia yang Menginspirasi Emansipasi Perempuan. /Freepik.com/Freepik

BERITA DIY - Biografi R.A. Kartini. Bulan April di Indonesia selalu identik dengan salah satu hari besar. Bukan perayaan hari Raya agama, melainkan peringatan Hari Kartini. Hari Kartini jatuh tepat pada tanggal 21 April.

Meski bukan merupakan hari libur nasional, Hari Kartini selalu diperingati sebagai momentum penting terutama bagi emansipasi perempuan.

Hari Kartini sering diperingati oleh siswa-siswi sekolah dengan mengenakan pakaian Adat daerah Indonesia.

Baca Juga: Cek eform.bri.co.id/bpum untuk Dapat BLT UMKM Rp 1,2 Juta, Ini Syarat Daftar Banpres BPUM BRI 2021

Baca Juga: Tegas! Pemerintah Melalui Kominfo Meminta YouTube untuk Memblokir Akun Joseph Paul Zhang

Namun, siapa sebenarnya sosok Raden Ajeng Kartini? Berikut biografi atau profil dari R.A. Kartini.

Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Hindia Belanda, 21 April 1879. Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.

Kartini adalah putri dari M.A Ngasirah, istri pertama dari R.M Adipati Ario Sosroningrat. M.A. Ngasirah merupakan putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Baca Juga: 3 Zodiak Ini Beruntung dalam Karir dan Asmara, Berikut Ramalan Zodiak Hari Ini 20 April 2021

Baca Juga: Bansos BST DKI Jakarta Tahap 4 Cair Akhir Bulan April, Kategori Masyarakat Ini Tidak Dapat Bansos Lagi

Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena ibu kandung Kartini yakni M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.

Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri dan merupakan anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.

Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School) Di ELS inilah Kartini belajar bahasa Belanda.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.

Berkat buku-buku, koran, dan majalah Eropa yang Ia baca Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Dari sini kemudian muncul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat dan memiliki satu putra bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Namun, tak lama setelah melahirkan anaknya, Kartini meninggal dunia. Kartini meninggal pada pada 17 September 1904 pada usia 25 tahun. 

Salah satu peninggalan termahsyur Kartini yakni kumpulan surat-suratnya yang dibukukan dan diberi judul "Habis Gelap Terbitlah Terang".***

Editor: Muhammad Suria

Tags

Terkini

Terpopuler