Pengamat Apresiasi Langkah Ketua DPR RI Puan Maharani yang Rawat Kesinambungan dengan Berbagai Cara

- 16 April 2022, 18:00 WIB
Pengamat politik mengapresiasi langkah Ketua DPR RI Puan Maharani yang rawat kesinambungan dengan berbagai cara.
Pengamat politik mengapresiasi langkah Ketua DPR RI Puan Maharani yang rawat kesinambungan dengan berbagai cara. /Instagram.com/@puanmaharaniri

BERITA DIY - Pendekatan politisi PDIP, Puan Maharani kepada warga Nahdliyah dianggap perlu untuk merawat kesinambungan. Namun ada tugas besar selain bersilaturahmi, yaitu menjalankan fungsi yang diembannya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

“Sebetulnya silaturahmi atau door to door calon kepada masyarakat terutama pada pentolan-pentolannya, suhu-suhunya, memang untuk indonesia sangat diperlukan, Amerika juga begitu, itu bagian tak terpisahkan dari sosialisasi diri, pencalonannya dan pengenalan lebih jauh, supaya tidak ada ketidakpahaman dari pemilih dan yang akan dipilih.” kata Peneliti senior LIPI, Siti Zuhro jumat (15/4).

Hubungan baik yang telah dijalin antara PDIP dan Nahdliyah perlu dirawat, untuk memastikan masih ada suara dari Nahdliyah kepada partai pemenang pemilu ini. Namun Siti mengatakan, sebagai Ketua DPR, Puan bisa berbuat lebih untuk memenangkan hati umat Islam.

Baca Juga: Ketua DPR RI Puan Maharani Dorong Penyusunan Aturan Turunan agar UU TPKS Segera Dirasakan Manfaatnya

“Kalau di DPR dia harus menunjukkan kelantangan dalam berpihak pada suara rakyat, itu mestinya. Kan Dewan Perwakilan Rakyat, dia tidak mengeksekusi betul, karena bukan eksekutif, dia legislatif, tunjukan dari keberpihakan kepada suara rakyat baik menyuarakan secara narasi maupun legislasi.” Jelas Siti.

Dia mencontohkan RUU BPIP ( Rancangan Undang-Undang Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang ditolak masyarakat.

“Pancasila jangan diutak-atik.” kata dia. Puan juga bisa bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. DPR sebagai legislatif, memiliki tiga fungsi, pengawasan konstruktif sehingga ada check and balance, fungsi budgeting keberpihakan budget negara terhadap pembangunan, dan fungsi legislasi, yang ditunjukkan ada tidaknya akomodasi aspirasi masyarakat disitu,” jelasnya.

Baca Juga: UU TPKS Akhirnya Disahkan, Ketua DPR RI Puan Maharani Dapat Apresiasi Tinggi dari Elemen Perempuan

Jika ada polemik di masyarakat dari kebijakan yang dilahirkan pemerintah, DPR bisa menggunakan fungsi pengawasan secara konstruktif.

Samakan Persepsi

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengapresiasi langkah Puan Maharani yang intensif melakukan komunikasi dengan sejumlah elemen bangsa termasuk kalangan nahdliyin. Pendekatan yang akan mampu membangun jembatan pengertian dan komunikasi politik.

Menurut Adi, kunjungan Puan dilakukan dalam konteks sebagai pimpinan DPR yang harus membangun jembatan pengertian dan komunikasi politik dengan semua pihak. Meski demikian, pendekatan itu juga bisa berguna dalam menyongsong kontestasi 2024.

Baca Juga: Apa Itu 'Inter Parliamentary Union' IPU yang Diisi oleh Puan Maharani? Ini Jumlah Anggota dan Kantor Pusat

“Ini semacam double track sebenarnya yang dilakukan oleh Puan. Satu sisi sebagai pimpinan DPR yang harus dekat dengan siapa pun. Tapi sisi yang lainnya, ini juga tertentu sebagai upaya bagi Puan untuk melakukan penetrasi ke ormas-ormas yang kemudian memiliki basis massa yang juga banyak. Tentu sebagai upaya untuk jalan panjang menuju 2024,” ujar Adi.

Adi menilai Puan memiliki perlakuan khusus ke NU karena NU sebagai ormas terbesar di Indonesia.

Sebab itu, wajar jika banyak figur penting dan elit politik berkepentingan untuk membangun pengertian yang baik, membangun mutual understanding, membangun komunikasi, dan menyamakan persepsi.

Baca Juga: Mengenal Baju Adat yang Dipakai Jokowi, Ma'ruf Amin, dan Puan Maharani di Upacara HUT RI ke-76

Selain itu, kedekatan Puan dengan NU juga mengesankan NU tidak eksklusif dan dimiliki kelompok tertentu maupun satu partai saja.

“Ini kan mutual understanding antara Puan dengan NU. Karena kalau kita lihat komposisi NU yang terbaru sekarang kan menjadi menjadi organisasi yang inklusif, yang terlihat membuka diri ke semua partai politik, kalau dulu terkesan hanya buat PKB,” ujar Adi.

Menurut Adi, NU mempunyai kebiasaan yang cukup mengakar. Kalau seorang tokoh atau elite sudah dianggap sebagai bagian dari NU, maka sosok tersebut akan mudah diterima di akar rumput maupun elite NU.

“Dan biasanya kalau sudah mendapatkan poin, menjadi bagian dari NU misalnya, dia pasti akan mudah untuk mendapatkan dukungan, baik dari elite NU atau pun akar rumput,” tandas Adi.

Baca Juga: Hasil Survei Pilpres: Prabowo Jadi yang Terkuat Jika Gandeng Puan Maharani, Kalahkan Anies hingga Ganjar

Selain itu, kedekatan Puan dengan NU menunjukkan NU bisa menjadi rumah bagi semua orang yang memiliki banyak kesepahaman. Hal itu menurut Adi akan berimbas pada pola penerimaan warga Nahdliyin terhadap partai lain.

Warga Nahdliyin di akar rumput akan mengalami perubahan pola pikir bahwa NU tidak lagi hanya mesra dengan satu partai.

“Jadi NU itu menegaskan dirinya sebagai rumah besar bagi semua orang, bagi semua partai yang di dalamnya ada kader-kader NU yang kemudian berkecimpung,” tegasnya.

Pada awal bulan Maret lalu, Puan bertandang ke Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, bertemu dengan sejumlah kyai sepuh dan langsung diterima oleh Ketua PWNU Jatim KH. Marzuki Mustamar.

Ketua DPR lalu sowan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, bertukar pikiran dengan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf.

Dan terakhir mengundang Cak Nun di Masjid At Taufiq dekat DPP PDIP Lenteng Agung. Pada kesempatan itu, Cak Nun berpesan kepada Puan agar bisa membawa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi partai pengayom seluruh masyarakat indonesia.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia (IDI), Burhanuddin Muhtadi sebagai langkah yang Indonesia.

“Tentu safari Mbak Puan ke PBNU atau pesantren penting untuk mendekatkan PDI-P dengan segmen pemilih muslim yang moderat di Indonesia. Karena bagaimanapun PBNU dan pesantren adalah representasi islam yang toleran dan sesuatu yang menjadi tulang punggung Indonesia,” Ujar Burhanudin Muhtadi.

Dia menambahkan, secara simbolik, kedekatan antara PDI-P dengan PBNU secara institusional penting untuk memastikan eksistensi Indonesia, sebagai negara yang plural dan toleran.

“Secara politik punya makna politik besar. Hubungan antara PDI-P, termasuk keluarga besar Soekarno dengan NU sudah terjalin sejak lama."

Cukup Waktu

Mengenai peluang PDI-P pada Pemilu 2024, Burhanuddin mengatakan bahwa elektabilitas partai banteng moncong putih masih yang teratas, bahkan cukup banyak mendapat dukungan dari pemilih berlatarbelakang NU.

 “Perlu kita puji, pada survey-survey, sejauh ini PDI-P cukup besar mendapatkan dukungan dari kalangan pemilih NU, pemilih NU banyak yang menyalurkan ke PDI-P.”

Namun, tutur Burhanudin, untuk Pilpres 2024, Puan masih memiliki waktu yang cukup untuk menggarap pemilih berlatar santri. Ini karena pemilu masih dua tahun lagi.

“Kita harus menunggu sejauh mana dukungan itu diberikan kepada Mbak Puan,” tandasnya.***

 

Editor: Iman Fakhrudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah