Tidak hanya itu, keenam mahasiswa tersebut diberi tahu hal-hal yang dilarang dalam desa tersebut. Pak Prabu memberi wanti-wanti dan memberi peringatan agar tidak melewati gapura terlarang.
Keenam mahasiswa mengiyakan wejangan dan peringatan yang disampaikan Pak Prabu, dan kemudian mereka dipersilahkan untuk tinggal dan menjalankan tugas sebagaimana mahasiswa KKN. Pada mulanya, Nur dan kawan-kawannya mematuhi larangan dengan menghindar dan menjauhi tempat larangan di desa tersebut.
Awalnya, keenam mahasiswa tersebut menjalankan tugas KKN seperti rencana mereka, tetapi saat kedua mahasiswa KKN, yakni Nur dan Widya mendapat gangguan dari mahluk halus, jadwal KKN mulai berantakan.
Mahluk halus tersebut merupakan penari cantik. Awalnya hanya mengganggu kedua mahasiswa saja, tetapi beberapa hari juga dirasakan oleh mahasiswa KKN lainnya, sehingga mengakibatkan jadwal tugas KKN menjadi terhambat.
Tidak hanya gangguan makhluk halus, tetapi masyarakat tempat mereka menjalan tugas KKN memperlihatkan wajah yang tampak tidak senang. Bahkan keenam mahasiswa tersebut merasakan bahwa masyarakat desa nampak tidak menyukai kehadiran mereka, sehingga sifat tersebut membuat Bima berubah sikap yang membuat program KKN semakin berantakan.
Nur dan kawan-kawan semakin kesulitan untuk menyelesaikan tugas KKN, terlebih salah satu dari mereka ketahuan melanggar aturan desa yang cukup fatal. Bahkan penghuni daerah larang tersebut menjadi marah.
Karena gangguan tersebut, keenam mahasiswa KKN meminta bantuan dukun bernama Mbah Buyut (Diding Boneng). Usaha keenam mahasiswa tersebut terlambat dan menambah amarah penghuni daerah larangan tersebut. Dengan kejadian tersebut, keenam mahasiswa terancam tidak bisa keluar dari desa.
Film ini diangkat dari cerita mistis berjudul Cerita KKN di Desa Penari yang viral di Twitter. Cerita ini pertama kali diunggah di Twitter oleh akun @SimpleM81378523 alias SimpleMan.