Gerakan 30 September 1965 berada di bawah kendali Letkol Untung dari Komando Batalion I resimen Cakrabirawa. Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief menjadi ketua pelaksanaan penculikan enam jenderal. Direncanakan, ke-6 Jenderal akan dibawa ke hadapan Presiden Soekarno.
Singkat cerita, pasukan bergerak mulai pukul 03.00 pada 1 Oktober 2023 menculik Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan Brigjen Sutoyo dan satu perwira yakni Lettu Pierre Tendean.
Namun dikabarkan terjadi kesalahpahaman pelaksana tugas di lapangan sehingga justru membunuh keenam Jenderal dengan dimasukkan ke dalam lubang di kawasan Pondok Gede, Jakarta.
Satu Jendral selamat dalam penculikan ini yakni Jendral A.H. Nasution, namun putrinya menjadi korban yakni Ade Irma Suryani serta ajudannya Lettu Pierre Tendean.
Korban lain adalah, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat ketika mengawal rumah Dr. J. Leimena
Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono juga menjadi korban karena tidak mendukung gerakan ini.
Singkatnya, kemudian pada 4 Oktober 1965, dilakukan pengangkatan jenazah dan keesokan harinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Para perwira yang gugur akibat pemberontakan ini diberi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.
Korban G30S PKI
Pada G30S PKI, ada 10 pahlawan revolusi yang menjadi korban yakni enam Jenderal dan satu kapten meninggal di lubang buaya, Jakarta, sementara tiga lainnya di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berikut rinciannya: