Apa Itu Stockholm Syndrome, Gangguan Psikologis Pada Korban Penculikan: Ini Gejalanya

- 17 September 2023, 18:39 WIB
Ilustrasi - Ketahui apa itu Stockholm Syndrom dan bagaimana gejalanya. Gangguan Psikologis Pada Korban Penculikan.
Ilustrasi - Ketahui apa itu Stockholm Syndrom dan bagaimana gejalanya. Gangguan Psikologis Pada Korban Penculikan. /Pixabay/Pornchai Soda

BERITA DIY - Berikut ini informasi mengenai apa itu Stockholm Syndrom dan bagaimana gejalanya. 

Stockholm Syndrom sendiri bagian dari gangguan psikologis yang banyak terjadi pada korban penculikan, penyekapan, dan penyanderaan.

Dilansir dari siloamhospitals.com, seiring perkembangan Stockholm Syndrom tidak hanya terjadi pada korban penculikan saja namun juga kepada mereka yang terjebak dalam toxic relationship seperti KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), dan masih banyak lagi.

Lantas, bagaimana gejala dari  Stockholm Syndrom ini? Simak informasi selengkapnya pada artikel ini.

Baca Juga: Apa Itu Baby Blues Syndrom? Pengertiannya, Gelaja, Siapa yang Alami Baby Blues, hingga Cara Mengatasinya

Sindrom Stockholm atau Stockholm Syndrom ini adalah gangguan psikologis dimana penderitanya justru memiliki rasa sayang dan empati kepada pelaku.

Kondisi ini membuat korban merasa kasihan dan justru membela tindakan pelaku sebagai bentuk coping mechanism.

Coping mechanism sendiri adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang saat menghadapi situasi yang sulit atau sesuatu yang menyebabkan stres maupun trauma. 

Coping mechanism juga bisa diartikan sebagai strategi atau cara seseorang untuk bisa mengontrol dirinya dari situasi yang membuatnya tidak nyaman.

Baca Juga: Apa itu Syndrom Treacher Collins? Ini Pengertian, Gejala, Penyebab, hingga Pilihan untuk Pengobatan

Stockholm syndrome ini bisa jadi muncul karena korban penculikan mencoba untuk berfikir positif karena ingin meningkatkan peluang atau kesempatan bahwa dirinya bisa bertahan hidup, salah satu caranya adalah dengan bersimpati pada pelaku yang menculiknya atau mencari celah positif dari perbuatan negatif pelaku.

Sindrom ini pertama kali diperkenalkan oleh Nils Bejerot, seorang kriminolog dan psikiater berkebangsaan Swedia.

Istilah Stockholm syndrome berasal dari sebuah kasus perampokan bank pada tahun 1973 di kota Stockholm, Swedia yang ditangani oleh Nils Bejerot.

Pada kasus ini, korban sandera penculikan yang telah disekap selama 6 hari justru membentuk ikatan emosional dengan para pelaku.

 Baca Juga: Info Tol Magelang: Daftar Desa Terdampak Terbaru dan Cek Progres Jalan Tol Jogja - Bawen DI SINI

Gejala Stockholm Syndrom 

  • Muncul perasaan positif kepada pelaku kriminal, baik itu kasus penculikan, kekerasan, atau lain-lain.

  • Merasakan kedekatan emosional dengan pelaku.

  • Secara sadar membantu pelaku, sekalipun untuk melakukan tindak kejahatan.

  • Mendukung setiap kata-kata, tindakan, dan nilai yang diyakini oleh pelaku.

  • Enggan terlibat dalam usaha pembebasan atau penyelamatan korban-korban lainnya.

  • Mulai muncul perasaan negatif pada pihak-pihak yang ingin membebaskannya, baik itu kepolisian, teman, hingga keluarga.

Korban penderita Stockholm syndrome juga bisa mengalami berbagai gejala gangguan mental yang mirip dengan PTSD (post-traumatic stress disorder), seperti gelisah, selalu curiga, sulit berkonsentrasi, selalu mengenang trauma masa lalu, sering bermimpi buruk, dan sulit menikmati hidup.

Demikian informasi mengenai apa itu Stockholm Syndrom dan bagaimana gejalanya.***

Editor: Bagus Aryo Wicaksono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah