Pertama, keteladanan dan keberaniannya. Ketika ingin mereformasi mengubah masyarakatnya dan penguasanya dari penyembahan kepada materi, benda dan berhala-berhala kepada mengesakan Allah SWT kalimat tauhid atau kalimatul ikhlas laa ilaaha illallah bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.
Terlebih dahulu Ibrahim AS menyampaikannya kepada ayahnya, dengan bahasa yang santun beliau sampaikan pemahaman. Sebagaimana telah dikisahkan dalam Al-Quran sebagai berikut:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنكَ شَيْئًا يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا يَا أَبَتِ لا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحْمَن فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا قَالَ سَلامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Artinya: "Dan ingatlah dalam kitab Ibrahim sesungguhnya dia adalah orang yang benar lagi seorang nabi, ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya: Wahai ayahku kenapa engkau menyembah apa-apa yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat? Wahai ayahku, sesungguhnya telah sampai kepadaku wahyu, apa-apa yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku aku tunjukkan jalan yang lurus."
"Wahai ayahku janganlah engkau menyembah setan, sesungguhnya setan itu bermaksiat kepada Allah. Wahai ayahku, sesungguhnya aku takut azab Allah akan menimpamu sehingga setan menjadi temanmu."
"Lalu ayah Ibrahim berkata kepada Ibrahim: Hai Ibrahim, apakah engkau membenci tuhan- tuhanku? Sungguh jika engkau tidak berhenti membenci tuhan-tuhanku sungguh aku akan merajammu dan pergilah segera dariku."
"Ibrahim berkata: Semoga engkau selamat dan aku akan mendoakan untukmu agar Allah Tuhanku mengampunimu, sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS Maryam 41-47).
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat NU di Bulan Dzulhijjah Edisi Jelang Idul Adha 2023 Terbaru Penuh Hikmah
Jamaah Jumat yang Berbahagia
Kedua, ketaatanya menjalankan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail AS, putra tercinta yang didamba-dambakan dalam doanya: Robbi hab lii minasshalihin. Ketaatan Ibrahim itu diabadikan oleh Allah dalam al-Qur'an sebagai berikut:
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ *وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ *قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ *إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ *وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخرين سَلاَمٌ على إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ نَجْزِي المحسنين
Artinya: "Wahai Ibrahim, engkau telah membenarkan perintahKu melalui mimpimu. Sesungguhnya dengan demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini adalah ujian yang nyata dan Kami tebus Ismail dengan sembelihan hewan kurban yang besar."